Ibu Rum (50) sehari-hari mengolah hasil kebun dan menjual pencok di pasar tradisional. Usaha kecil ini ia jalankan sendiri tanpa bantuan teknologi modern, hanya mengandalkan cara-cara sederhana.
Hasil penjualannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meski sering terkendala modal dan sangat bergantung pada musim. Hingga kini, ia belum pernah menerima bantuan atau pelatihan dari pemerintah.
Meski begitu, Ibu Rum melihat ekonomi daerahnya cukup berkembang. Harapannya sederhana: ada dukungan nyata dari pemerintah agar usaha kecil seperti miliknya bisa lebih maju dan bertahan.
Aryanto (45 tahun) dan Jumadi (57 tahun) adalah tukang ojek wisata yang bekerja di sektor jasa, bersama komunitas di sekitar kawasan wisata. Pekerjaan mereka dipasarkan melalui pasar tradisional dan warung sekitar, namun sering terkendala oleh modal yang terbatas, persaingan tinggi, serta kondisi transportasi yang kurang memadai. Hasil usaha yang diperoleh umumnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan kadang belum mencukupi, karena dipengaruhi oleh musim dan jumlah pengunjung.
Keduanya menilai perkembangan ekonomi di daerah cukup berkembang, meski peluang usaha masih terbatas. Mereka juga belum pernah mendapatkan pelatihan atau bantuan dari pemerintah, serta belum memanfaatkan teknologi modern dalam pekerjaan. Harapan mereka adalah adanya penataan dan pengaturan pedagang serta fasilitas di lokasi wisata agar lebih menarik pengunjung. Menurut mereka, dukungan pemerintah dan kerja sama masyarakat sangat penting untuk mendorong kemajuan ekonomi lokal. Aryanto merasa cukup dengan kondisi usaha saat ini, sementara Jumadi masih berkeinginan untuk mengembangkan usaha ke bidang lain jika ada kesempatan.
Responden berikutnya Bapak Memed, seorang pria berusia 43 tahun, yang juga berprofesi sebagai tukang jasa klotok. Sama seperti dua responden sebelumnya, pekerjaan ini dijalankan secara berkelompok. Sumber penghasilan diperoleh dari penyewaan klotok untuk masyarakat sekitar maupun wisatawan. Namun, tantangan yang dihadapinya tidak jauh berbeda, yaitu cuaca yang tidak menentu, biaya perawatan klotok, serta kesulitan mendapatkan penumpang di hari-hari tertentu.
Hansah, seorang perempuan berusia 53 tahun, bekerja sebagai pedagang minyak bulus. Usahanya dijalankan secara mandiri dengan memasarkan produk melalui pasar tradisional. Hasil penjualan minyak bulus menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meski pendapatan yang diperoleh tidak selalu stabil karena dipengaruhi persaingan serta keterbatasan modal.
Menurut Hansah, perkembangan ekonomi di daerah cukup baik, namun peluang usaha masih terbatas. Ia belum pernah mendapat bantuan maupun pelatihan dari pemerintah. Dalam pandangannya, dukungan pemerintah serta kerja sama masyarakat sangat penting untuk memperkuat usaha kecil. Hansah sendiri belum memanfaatkan teknologi modern dan masih mengandalkan cara penjualan tradisional. Saat ini, ia merasa cukup dengan usaha yang ada dan belum berencana mengembangkannya ke bidang lain.