"Eughh..." sengaja kubuat suara serak ciri khas orang bangun tidur.
"Key, besok mama sama papa mau keluar kota ada urusan bisnis, nggak papa kan?". Ucap mama to the point.
Aku diam sejenak sambil menetralkan emosi ku. Baru sebentar aku merasakan elusan tangan mama, dan besok sudah mau pergi lagi.
"Tapi kenapa ma?" Tanyaku lagi
"Maafin mama sayang, bisnis ini sangat penting bagi perusahaan kita, jika kita mendapatkan kerjasama dari  perusahaan iti maka perusahaan kita akan mendapatkan keuntungan besar"
"Apa lebih penting dari aku ma?" Tanyaku lagi dengan suara serak yang menahan tangis.
"Sayang bukan seperti itu, lagian ini semua dami kamu"
"Tap.." belum selesai aku bicara mama sudah memotong.
"Nggak ada tapi-tapian, sekarang kamu tidur lagi aja, mama mau istirahat" ucapanya sambil mengecup keningku dan meninggalkan kamar.
Pagi hari itu saat terbangun dari alam tidur, langit terlihat begitu mendung sama seperti suasana hatiku saat ini. Rambut acak-acakan, mata bengkak, kamar seakan seperti kapal pecah iyaa itulah yang terjadi.  Terlintas ucapan mama dipikiranku soal  tadi malam kalau beberapa jam lagi mereka akan pergi dan  aku tidak bisa bayangkan itu, aku sendiri lagi, ya walaupun ada bik Surti disini tapi tetap saja rasanya sangat kurang.
"bukankah aku sudah terbiasa seperti ini?" batinku.