Mohon tunggu...
Lailatul Syadiyah
Lailatul Syadiyah Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer. Tertarik pada dunia religi, marketing manajemen, bussines, productivity, motivation, story telling, dan all about learning English.

Start from happiness

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ustaz Weemar Aditya Buka Suara: Virus Covid-19 dan Kematian

10 Juli 2021   15:00 Diperbarui: 10 Juli 2021   17:35 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita duka baru saja datang dari keluarga Ustadz Weemar Aditya. Sang Ibunda telah berpulang beberapa hari yang lalu karena wabah yang sudah melanda negeri kita tercinta mulai tahun lalu. Tidak terasa virus covid 19 ini sudah hampir 2 tahun berjalan.

Ustadz Weemar Aditya bercerita bahwa hampir seluruh anggota keluarganya terpapar virus ini. Bermula dari seorang yang bekerja untuk keluarga beliau hingga tidak tertolong. Keluarga pertama yang terpapar adalah kakak beliau. Singkat cerita kedua orang tua Ustadz Weemar pun terpapar. Dan Allah menakdirkan Ibunda Ustadz Weemar harus berpulang dan Ayah beliau masih harus dirawat di Rumah Sakit.

Ustadz Weemar memberi pesan kepada kita tentang mati. Kita semua tak bisa mengelak dari takdir kematian, entah dengan cara apapun kita akan mati. Sudah pasti ajal akan menjemput. Kita bisa merasa bahwa mati adalah ujung atau akhir dari segalanya. Namun, sesungguhnya mati itu adalah pintu pertama menuju ke alam selanjutnya.

Dalam video Ustadz Weemar yang diunggah di channel pribadi beliau ini, beliau ingin menceritakan sosok Ibu yang sangat beliau sayangi. Ustadz Weemar Aditya memutar kembali video saat beliau menelepon Ibunda yang diunggah di Youtube channel Yuk Ngaji TV beberapa waktu lalu.  satu scene yang beliau putar ulang adalah saat sang Ibu mengatakan keinginan terakhirnya, yakni ingin meninggal dunia dalam keadaan khusnul khotimah.

Dari perkataan beliau itu, menunjukkan bahwa beliau ini sangat siap untuk berpulang. Beliau merupakan sosok yang sangat luar biasa. Ketika divonis terpapar virus ini, beliau harus masuk Rumah sakit.  Ketika dalam masa perawatan, beliau survive luar biasa. Walaupun sakit tetap mau makan yang banyak, serta imun yang tetap terjaga.

Pada hari sebelum beliau meninggal, Beliau duduk mulai jam 2 siang sampai jam 5 sore hanya untuk berdoa, melafalkan seluruh doa yang Beliau hafal dalam Al Quran. Dan bahkan hal itu sudah menjadi automasi dalam diri beliau, seperti sudah sering dilakukannya. Ibu tidak pernah ngeluh sampai akhir hayatnya. Pribadi beliau menunjukkan seorang hamba yang memang sudah siap untuk pulang. Selama hidup Ibu tidak pernah menjadi beban bagi keluarga. Beliau hanya meminta didoakan khusnul khotimah dan berkumpul lagi di surga.

Pesan dari Ibu: "Jadilah orang yang siap untuk pulang, karena kita pasti pulang."

Beda jika kita bisa milih waktu yang tepat 200 tahun misalnya, atau mungkin dengan harta kita bisa memilih. Maka menjadi pribadi yang siap pulang itu menjadi opsi ibu kita. Begitu ringannya kami melepas ibu kami. Orang yang siap pulang itu bukan orang yang pasrah. Justru orang yang siap pulang itu dia sudah meempersiapkan bekal yang harus dibawa pulang. Cukup berpikir simple, apapun yang kita lakukan di dunia ini apakah ada efek bagi kita di kehidupan selanjutnya. Insyaallah semua akan dimudahkan jika yang ada dalam pikiran kita hanya untuk pertanggungjawaban pada Allah kelak.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun