Mohon tunggu...
Lailatul Syadiyah
Lailatul Syadiyah Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer. Tertarik pada dunia religi, marketing manajemen, bussines, productivity, motivation, story telling, dan all about learning English.

Start from happiness

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nabi Hijrah Pertama Kali dan Menemui Tahun Kesedihan Kajian bareng Weemar Aditya

26 Juni 2021   15:30 Diperbarui: 26 Juni 2021   21:46 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tahun 600 Masehi, Nabi mendapatkan perintah untuk berhijrah agar beliau dan para sahabatnya mendapat perlindungan. Nabi Muhammad dengan beberapa sahabat hijrah menuju ke Habasyah, kini dikenal dengan Ethiopia sebelum akhirnya hijrah ke Madinah. Memilih tempat tersebut karena disana rajanya amat adil dan ramah menerima tamu, Raja yang adil itu adalah Raja Najasyi.

Mekkah menjadi sepi dari pemuda, namun keadaan belum juga memabaik. Suatu ketika Penguasa Mekkah mengutus utsannya untuk menghadap Raja Najasyi agar mengusir Nabi Muhammad dan para sahabatnya dari Habasyah, namun sang Raja menaggapinya dengan sangat adil. Bahkan Raja Najsyi dikabarkan juga masuk Islam setelah itu.  

Ustadz Weemar Aditya kemudian mengisahkan tentang tahun-tahun kesedihan Rasulullah (Amul Azmy). Yakni tahun dimana beliau ditinggal oleh orang-orang yang terdekatnya. Yaitu, pertama meninggalnya Paman beliau Abdul Muthalib, hal itu sangat meremukkan hati Rasulullah. Kedua Khadijah yang meninggal dalam keadaan tidak punya apa-apa karena seluruh harta kekayaannya sudah dihibahkan di jalan Allah.

Belum sampai disitu beliau juga mendapat kegagalan dalam Thollabun Nusroh yang pertama. Sepeninggal Abu Thalib Kaum Quraisy melancarkan serangan kepada Rasulullah menjjadi sangat keras dari sebelumnya. Thollabun Nusroh adalah mendakwahi dan meminta dukungan kepada orang-orang yang berwenang dengan tujuan untuk menjadi penolong dalam kelancaran penyebaran agama Islam. Hal ini berbeda dengan kudeta. Karena pada dasarnya Tholabun Nushroh ini dilakukan dengan tujuan baik agar para pendakwah Islam terlindungi.

Ketika Rosulullah melakukan Tholabun Nushroh kepada kabilah-kabilah Qurays justru beliau mendapatkan serangan balik, dikarenakan juga tidak ada lagi paman beliau yang membantu, maka remuklah hati beliau saat itu.

Ustadz Weemar Aditya melnajutkan kisah Rosul, ketika beliau berjalan ke Thoif, ada orang kafir yang melempar batu dan terkena pelipis, kemudian beliau menyeka darah yang mengalir itu dengan kain nempel di tubuhnya agar darah itu tidak menetes ke bumi. Karena jika sampai darah itu menyentuh tanah, bumi akan marah. Bahkan Malaikat penjaga gunung pernah menawarkan kepada beliau, ketika ada orang yang berbuat dholim pada Nabi, menawarkan diri, bagian gunung mana yang Engkau inginkan, Wahai Rosulullah agar kutimpakan pada warga Thoif. Namun, sungguh besar hati Rasulullah. Beliau hanya bersabar dan menolak tawaran itu.

Ustadz Weemar masih bertahan dalam bercerita bahkan bisa membuat kami para Jamaah tersedu dengan cerita beliau selanjutnya. Rosulullah yang sangat sabar dalam menghadapi kedzaliman para Kafir Quraisy bahkan memaafkan segala tingkah laku mereka saja, masih juga diuji oleh Allah dengan beberapa kesedihan di atas. Bagaimana dengan kita, yang tingkat ujiannya belum sepelik Rosulullah, namun kita jauh dari sabar. Bahkan kita msih sering mengelak dengan kesabaran itu ada batasnya.

Semoga kita senantiasa diberikan kesabaran dalam keadaan apapun.

Baca juga artikel sebelumnya disini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun