Mohon tunggu...
lailatul machfudhotin
lailatul machfudhotin Mohon Tunggu... Lainnya - Saya manusia biasa yang diciptakan dengan luar biasa

Sekedar ingin berbagi untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencintai Ilmu, Seberapa Penting?

23 Juni 2020   15:53 Diperbarui: 23 Juni 2020   15:53 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berbicara tentang pendidikan yang didalamnya terdapat beragam ilmu, harusnya menjadi suatu bahasan yang menarik bagi masyarakat. Sadar atau tidak, ilmu adalah hal yang paling berpengaruh pada kehidupan kita baik di masa sekarang maupun masa depan.

Lantas, apa yang bisa dilakukan sektor pendidikan untuk masyarakat terutama untuk anak-anak di usia sekolah?

Banyak yang bilang bahwa usia sekolah itu adalah saat dimana kita harus belajar. Padahal sejatinya belajar itu tidak terbatas oleh usia, waktu, tempat maupun yang lainnya. Mungkin orang berpendapat demikian, karena di usia sekolah anak-anak dituntut untuk memenuhi kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Seperti yang tertera dalam Kurikulum 2013, dimana pemerintah mentargetkan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik jenjang Pendidikan dasar dan menengah. Kompetensi itu diantaranya adalah kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Tetapi, apa sebenarnya yang jauh lebih penting diusia sekolah?

Di sekolah, peserta didik dihadapkan dengan beragam pelajaran yang mereka sebenarnya tidak tahu kenapa mereka harus mempelajarinya. Ditambah lagi, ada juga pendidik yang mungkin belum tau kenapa mereka harus mengajarinya. Disinilah, kesadaran pertama kita seharusnya muncul, bahwa sebagai pendidik, datang ke sekolah atau lembaga belajar lainnya adalah untuk mendidik, bukan sekedar finger print atau memenuhi 'beban kerja tanpa nyawa'. Sedangkan sebagai peserta didik, inilah tugas orang tua dan guru untuk memotivasi mereka bahwa pergi ke lembaga belajar ya memang tujuan utamanya untuk belajar. Ketika kesadaran awal itu sudah muncul, maka proses selebihnya akan berjalan sesuai dengan niat yang dikehendaki.

Terus bagaimana dengan tugas pemerintah?

Pemerintah hadir untuk membantu menciptakan sistem yang baik, sistem pendidikan yang bisa menfasilitasi anak-anak agar bisa mendapatkan ilmu yang mereka pelajari. Disitulah tugas besar pemerintah untuk mengatur berbagai aspek dengan baik dan benar, mulai dari menentukan tujuan bersama pedidikan nasional, kurikulum, sistem penilaian, manajemen lembaga pendidikan, partispasi masyarakat, dll.

Apakah di lembaga belajar peserta didik sudah mendapatkan ilmu?

Untuk mengetahui hal ini, biasanya dilakukan assessment oleh sekolah maupun pemerintah, baik summative assessment maupun formative assessment. Sektor pendidikan di Indonesia kini lebih condong  menerapkan formative assessment atau dikenal juga sebagai assessment for learning, karena pada sistem penilaian ini fokus utamanya bukan untuk menilai hasil akhir kemampuan siswa, tetapi seperti yang dijelaskan oleh Hargreves (2005) seorang peneliti dari University of London, Institute of Education, UK, formative assessment ditujukan untuk memonitor perkembangan anak-anak terhadap tujuan dan target yang ingin dicapai. Penilaian ini lebih berfokus pada proses untuk membantu peserta didik melengkapi kekurangan-kekurangannya.

Namun, sejauh apakah pendidik menerapkan penilaian ini?

Apakah penilaian yang dilakukan Sebatas untuk mengetahui progress dari segi 4 kemampuan yang tertera pada kurikulum saja? Atau pernahkah pendidik mencoba menilai sejauh mana peserta didik mencintai ilmunya?

Peserta didik bukan hanya sebagai objek dari pembelajaran, mereka juga subjek pembelajaran yang memiliki kapasitas untuk menentukan hal yang ingin dilakukan. Nah dalam hal belajar, seharusnya kita juga perlu mengetahui sejauh mana peserta didik mencintai apa yang mereka pelajari. Karena ketika peserta didik mencintai ilmu yang ia pelajari, maka dia akan senang hati mempelajarinya. Penelitian dari Whitten, Labby, dan Sullivan (2016) menyebutkan bahwa anak-anak yang memiliki kebiasaan membaca dengan senang hati ternyata memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Kita bisa bercermin pada diri kita sendiri, ketika kita melakukan sesuatu yang kita cintai, maka hasilnya akan lebih maksimal dan tidak terasa berat melakukannya. Ini artinya, yang harus dinilai utamanya adalah sejauh mana peserta didik mencintai ilmu mereka. Karena jika terdapat penilaian awal yang difokuskan pada hal ini, akan berdampak pada peningkatan motivasi dan antusiasme peserta didik dalam belajar. Sehingga jika peserta didik sudah termotivasi dan antusias untuk belajar, maka ilmu yang ingin didapatkan lebih mudah dicapai. 

Tidak percaya? silahkan dicoba..

Referensi:

  • Hargreaves, E. (2005) 'Assessment for learning? Thinking outside the (black) box', Cambridge Journal of Education, 35(2), pp. 213-224.
  • Whitten, C., Labby, S., and Sullivan, S., L. (2016) 'The Impact of Pleasure Reading on Academic Success', The Journal of Multidisciplinary Graduate Research, 2(4), pp. 48-64.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun