Mohon tunggu...
Muhammad Haris
Muhammad Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Sebuah Usaha Mengabadikan Pikiran

Menulis untuk mengenali diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Paulo Freire Dahulu, Ospek Kemudian

28 September 2020   20:24 Diperbarui: 28 September 2020   20:37 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau tujuan awal kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan kampus dan membangun keakbaran antar mahasiswa, tetapi seringkali mengalami penolakan karena dianggap warisan kolonial dan tidak mendidik. 

Penolakan pernah dilakukan oleh CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) dan PKI: partai yang sudah lama di bumi hanguskan dari negeri ini tetapi masih terus disebut-sebut oleh sebagian kalangan sebagai "hantu" yang mengancam negeri ini. 

Selain itu, ospek pada beberapa kasus bukan hanya membuat  mahasiswa baru menjadi takut pada seniornya yang menggila pada momen itu tetapi beberapa kali ospek malah sampai menelan korban jiwa karena kekerasan yang dilakukan oleh senior terhadap mahasiswa baru.  

Ospek kok sampai segitunya. Dalam pemikiran Freire, pendidikan harusnya memanusiakan manusia. Dalam hal ini ospek sebagai kegiatan dalam dunia pendidikan (kampus) sudah sepatutnya pula berdiri pada nilai-nilai kemanusiaan.

Tetapi ospek  seringkali memperlihatkan sebuah model pendidikan yang disebut oleh Freire sebagai pendidikan 'gaya bank'. Contohnya kayak gini, mahasiswa yang membuat kegiatan ospek berangkat dari asumsi kalau mahasiswa baru itu gak punya pengetahuan apa-apa, kepalanya kosong dan mesti di isi oleh bacotan pengetahuan dari seniornya yang maha benar. 

Persis seorang yang sedang mengisi uang koin di celengan yang kosong. Mahasiswa baru dianggap sebagai objek dari  seniornya. Nah, freire menolak konsep pendidikan seperti itu. 


Freire menggunakan cara lain yaitu menghidupkan  dialog antar guru dan murid atau dalam konteks ini mahasiswa senior dan mahasiswa baru. Mahasiswa baru dianggap punya pengetahuan dan tugas seniornya untuk menggali dan berdialog banyak hal yang substansial, bukan malah membentak-bentak dan mempertanyakan hal-hal remeh temeh seperti yang video-video yang viral belakangan ini. Upss.  

Atau contoh lain seperti yang dialami kawan saya saat mengikuti ospek, dia hanya bisa mengikuti apa yang di perintahkan oleh seniornya tanpa perlu banyak bertanya. Seniornya mengatakan " kamu ikut saja, gak usah banyak tanya, kamu juga tidak mengerti". Betapa menjengkelkannya saat berhadapan dengan senior macam itu.

Nah, dari pemikiran Freire ini, ospek harusnya menjadi pendidikan yang lebih dialogis. Bukan model subjek-objek tetapi semua pelaku ospek termasuk mahasiswa baru juga dianggap sebagai subjek dari ospek yang dengan mudah dan tanpa rasa takut mengutarakan pikirannya.

Ospek bisa menjadi awal lahirnya kesadaran kritis

Apa pula itu? Dari warisan kolonial menjadi kesadaran kritis, mana mungkin bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun