Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membentuk Generasi Murobbi

25 Juni 2022   18:48 Diperbarui: 25 Juni 2022   18:50 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Eommina dari Pixabay

Oleh : Inta Fiah

"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubahnya."

(Q.S Ar-Ra'd ayat 11)

Keberhasilan pendidikan di dunia diawali dari sebuah negara. Sebuah negara diawali dari sebuah provinsi hingga komponen kelompok yang paling kecil yakni keluarga. Dalam sebuah keluarga sendiri terdapat seorang yang memiliki peran inti dalam pembentukan intelektual dan akhlak dari seorang generasi masa kini. Siapa dia? Dia adalah para wanita tangguh yang hampir tidak pernah mengeluh. Tidak pernah sakit karena mereka kerap mengabaikan rasa tidak nyaman. Demi terkondisikannya segala sesuatu dalam hunian mungil itu.

Pantas saja Presiden Tarzania di era 1980-an pernah berkata, "Jika Anda mendidik seorang pria, maka Anda hanya akan mendidik seorang menusia. Jika anda mendidik seorang wanita, maka anda telah mendidik seluruh manusui". Karena sejatinya perempuan-perempuan mulia inilah yang akan menjadi madrosatul ula bagi putra-putrinya.

Namun, ada yang perlu kita ketahui sebelum menikah dan menjadi bunda. Ada sebuah fase yang mau tidak mau kita lewati yakni fase remaja. Fase di mana kita mulai goyah, kita mulai bingung menentukan Langkah, dll. Pada fase remaja ini kita identik  juga dengan sebutan fase pembelajaran. Dan kita tidak akan mampu menjadi pembelajar sejati jika kita masih belum bisa berdamai dengan beberapa hal berikut ini:

Pertama, belum berdamai dengan diri sendiri. Dengan kita berdamai dengan diri sendiri berarti kita sudah  bisa menerima kelebihan dan kekurangan kita. Agar hidup ini bisa berjalan tidak berat kanan atau kiri. Dengan kita bersikap seperti itu otomatis kita akan merasa nyaman aktivitaspun aman.

Kedua, belum menemukan potensi diri. Karena kita masih belum menemukan potensi diri maka kebanyakan dari mereka akan menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Karena pada akhirnya waktu, tenaga, dan biaya akan keluar tanpa kita tahu dan yakin itu adalah passion kita. Pemborosan namanya. Lain halnya jika kita sudah mengetahui sejak awal jadi kita bisa lebih fokus.

Ketiga, karakter yang rapuh. Di dunia serba ada ini, banyak remaja yang pandai dalam IT tapi tidak paham dengan adab bersama orang tua serta sesama. Karena mereka terbiasa dengan sesuatu yang serba instan maka mereka cenderung malas berusaha. Padahal pada hakikatnya kerja keras dan akhlak yang mulia itu harus kita jaga untuk menjadi insan yang mulia di dunia dan di sisi-Nya.

Keempat, komunitas yang salah. Teman adalah cerminan diri. So, hati-hati dalam memilih sahabat sejati. Teman boleh banyak tapi sahabat, pandai-pandailah memilah.

Kelima, pengaturan waktu yang berantakan. Management waktu memang menjadi polemic terbesar di kalangan kita para remaja. Banyaknya distraksi yang membuat kita terdistraksi dan membuat pekerjaan terbengkalai. Apalagi kalau distraksi beraksi bersama futur diri. Duh berat uyyy..

Keenam, mencari role model. Banyak dari kaum remaja yang salah dalam mendedikasikan diri untuk para aktris masa kini. Padahal sudah jelas sekali betapa menyimpangnya akhlak mereka dengan syariat agama yang kita anut selama ini. Hai, para kholifah bumi! Tidakkah kamu ingat kalau dalam kitab suci sudah dijelaskan secara gambling role model-role model yang bisa kita contoh? Ambillah darikitab suci yang ada sebagai parameter diri. Bukan yang lain lagi. Oke!

Ketujuh, merasa insecure, perasaan-perasaan ini memang sering kita alami. Tapi tahukah kamu? Insecure yang paling menawan adalah merasa diri yang kemarin lebih baik dari hari ini ataupun yang sebaliknya. Jadi, insecure yang sesungguhnya itu bukan membandingkan diri dengan orang lain. Tetapi membandingkan diri dengan diri sendiri sebgai bahan introspeksi.

Sekian dari saya mari kita berbenah sebelum punah! Semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun