Bagi mahasiswa pelaksana, kegiatan ini bukan sekadar mengenalkan teknik membatik. Kegiatan ini merupakan upaya menanamkan kebanggaan terhadap budaya sendiri, merangsang kreativitas anak sejak dini, serta mempererat relasi antara perguruan tinggi dan masyarakat desa.
"Melalui program ini, kami ingin anak-anak tidak hanya tahu bahwa batik itu warisan budaya, tapi juga mereka bisa langsung menciptakannya, menikmatinya, dan merasa bangga menjadi bagian dari bangsa yang kaya budaya," ujar La Mikha Sebastian selaku mahasiswa FISIP UB.
Menyulam Masa Depan dengan Warna Budaya
Kegiatan eksplorasi batik di SDN 04 Sumberoto ini bukan hanya meninggalkan warna di atas kertas, tetapi juga membekaskan kesan mendalam bagi para siswa/i. Dengan pendekatan yang menyenangkan, edukatif, dan penuh semangat, batik menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara kampus dan desa, antara ilmu dan tradisi.
FISIP UB melalui FBD 2025 kembali membuktikan bahwa pendidikan bisa hadir dalam wujud yang membumi, membaur, dan membangkitkan semangat cinta budaya sejak dini. Dari selembar kertas sederhana, lahirlah harapan: bahwa batik tidak hanya akan dikenang, tetapi terus dilestarikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI