Aku terdiam di dalam kandang, ada rasa nyaman nikmati kekuasaan, aku bersembunyi dalam pintu kandamg berengsel emas, bersama tumpukan jerami di dalamnya
Namun bak petir menyambar kandang, pintu berengsel seakan bergetar hebat, Â saat kau katakan ini kandang setan, dan kandangmu rumah Allah
Kau bangunkan seisi kandang setan, guncangkan kekarnya kandang setan, congkaknya kau berkata demikian, Â tanpa melihat otakmu lebih dari setan
Ketahuilah, aku yang dikandang setan seperti kau tuduhkan, bukan setan yang menjadi puja-pujaan, namun Allah lah pupujaanku, yang menciptakanku
Selalu patuh akan segala perintahnya, selalu jauhi apa yang jadi larangannya, tak pernah terbesit berbuat dosa, walau kandangku tak sempurna
Namun lihatlah, pada kau yang proklamirkan diri sebagai rumah allah, tak pernah bertingkah layaknya umat Allah, kecam sana kecam sini tiada henti.
Perbaiki diri dan rumahmu itu lebih baik, jauh panggang daripada api, menebarkan kebencian selama ini, kan dapatkan caci maki, bukan kata simpati