Namun, sebagaimana ditekankan oleh beliau, semua inovasi dan inisiatif harus berangkat dari niat yang baik. Niat menjadi pondasi moral yang menentukan arah kebijakan dan legitimasi pasar. "Niat yang lurus akan memandu setiap langkah menuju keberkahan," ujarnya dengan penekanan spiritual yang dalam.
Dalam konteks pengembangan Islamic Econonic and Finance, beliau juga menyinggung pentingnya konsep ijtihad; yakni upaya intelektual dan kreatif dalam mencari solusi baru yang tetap berpijak pada prinsip syariah. "Ijtihad adalah jantung inovasi dalam ekonomi Islam," tegasnya. Dengan ijtihad, Islamic Economic anf Finance tidak hanya menjadi pengikut arus global, tetapi juga sumber inspirasi model ekonomi alternatif yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Menjawab tantangan implementasi, Gubernur BI menekankan dua arah strategis:
- Pengembangan ekosistem halal dalam rantai pasok (supply chain) --- dari produksi, distribusi, hingga konsumsi. Seluruh aktivitas ekonomi harus tersambung dalam satu jaringan nilai yang halal dan etis.
- Integrasi digitalisasi sebagai "All in one Hand Solution" --- di mana seluruh aktivitas ekonomi syariah dapat dilakukan melalui perangkat digital pintar (smartphone). Digitalisasi bukan hanya alat efisiensi, tetapi juga simbol inklusivitas, membuka akses luas bagi umat untuk berpartisipasi dalam ekonomi syariah.
Lebih jauh, beliau menegaskan bahwa legitimasi tertinggi dari sebuah produk keuangan syariah bukan hanya pada sertifikasi formal, melainkan pada penerimaan umat; Â jamaah approved. Ketika masyarakat percaya dan merasa memiliki, maka keuangan syariah akan tumbuh secara alami dan berkelanjutan.
Sebagai penutup, Gubernur BI mengingatkan bahwa keberhasilan ekonomi dan keuangan Islam sejati adalah ketika seluruh gerak langkahnya "dirodhoi Allah." Dengan niat baik, ijtihad yang cerdas, dan digitalisasi yang inklusif, beliau mengajak seluruh peserta IIMEFC untuk bersama-sama membangun peradaban ekonomi Islam yang tidak hanya kuat secara finansial, tetapi juga membawa keberkahan bagi umat dan bangsa.
Tema dan Arah Besar Konferensi
Tahun ini IIMEFC mengusung tema:"The Role of Islamic Economics and Finance in the Era of Digital Transformation, Sustainable Growth  and  Geopolitical  Uncertainty."  Tema ini terasa relevan di tengah guncangan geopolitik global, percepatan transformasi digital, dan tuntutan keberlanjutan (sustainability) dalam sistem ekonomi modern.
Konferensi berlangsung dalam format hybrid. Kegiatan dibuka oleh Gubernur Bank Indonesia, Dr. Perry Warjiyo yang juga sebagai keynote speaker. Dilanjutkan dengan Plenary Session yang menghadirkan 3 narasumber terkemuka yaitu Prof. Bambang Brodjonegoro (Asian Development Bank Institute), Prof. Aishath Muneeza (INCEIF University), dan Dr. Muhammad Meki (University of Oxford) dimoderatori oleh Prof. Mansor H. Ibrahim dari INCEIF University Malaysia
Selanjutnya, akan dilaksanakan Parallel Sessions berupa presentasi dari 42 (empat puluh dua) paper terpilih, yang berasal dari penulis domestik dan internasional. Mempertemukan peserta tatap muka di Jakarta dan partisipan daring dari berbagai negara.
Sementara sesi paralel membahas sub-tema strategis seperti:
- Fintech & transformasi digital dalam keuangan Islam;
- Integrasi keuangan Islam dengan tujuan Sustainable Development Goals (ESG);
- Blockchain, smart contract, dan inovasi syariah;
- Inklusi keuangan syariah melalui crowdfunding dan P2P lending;
- Tantangan regulasi lintas negara di era digital.
Gubernur BI Sebagai Keynote Speaker | Dok. Pribadi

Ekosistem Riset dan Insentif Inovatif
Bank Indonesia melalui JIMF menegaskan dukungan kuat bagi pengembangan riset ekonomi Islam. Pendaftaran konferensi tahun ini gratis, namun insentifnya cukup menarik:
- Setiap makalah yang diterima memperoleh Rp 5 juta (termasuk pajak).
- Dua makalah terbaik mendapatkan Rp 10 juta masing-masing.
- Penulis makalah terpilih mendapat fasilitas akomodasi dan perjalanan hingga maksimal Rp 10 juta yang ditanggung BI.