Marketing bukan panggung sandiwara. Ia seharusnya merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Mendampingi produk dalam proses kehidupannya. Konsumen zaman ini semakin cerdas. Mereka mampu mencium kepalsuan dari jarak jauh. Di sinilah pentingnya integritas narasi: ia harus lahir dari kebenaran, bukan sekadar kemasan.
Marketing juga bukan hanya tentang persuasi, tapi juga tanggung jawab sosial. Di tengah hiruk-pikuk dunia digital, konsumen merindukan suara yang jujur.Â
Maka peran marketer hari ini mirip dengan seniman, jurnalis, bahkan filsuf: ia harus menenun cerita yang bermakna, bukan sekadar viral. Sebab di dunia yang penuh kebisingan, kisah yang jujur justru paling menggema.
Marketing yang bermakna adalah ketika narasi bukan hanya untuk menjual lebih banyak, tetapi untuk menginspirasi lebih dalam. Di dunia yang semakin gaduh ini, kadang suara yang paling bergaung justru bukan yang paling keras, tapi yang paling jujur.
Dan di sanalah letak kekuatan sejati seorang marketer: menjadi penutur kisah yang menggugah, bukan menipu. Sebab pada akhirnya, di antara ribuan pesan yang berseliweran, orang akan mengingat satu hal: cerita yang membuat mereka merasa "ini tentang saya."
Konsumen masa kini semakin peka, dan seperti dikatakan Kotler, trust is the currency of the future. Jika narasi dibangun di atas kebohongan, ia akan runtuh dalam hitungan detik.
Â
Jkt/08062025/Ksw/130
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI