Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Menaklukkan" Gunung Tursina-Mount Sinai di Usia Senja (Bagian Kedua)

23 Juni 2021   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2021   02:30 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen mendaki Gunung Tursina-Mount Sinai. Foto: Dokumentasi Pribadi

Hening…sunyi…mereka larut dalam dialog dengan Sang Khaliq. Mengungkap rasa syukur, memohon ampunan, bermunajat sekehendak hati dan memohon untuk diberi kekuatan.. Mencoba menghadirkan Illahi di hadapannya, seperti Musa sang Nabi. Dibiarkan mereka larut dalam kemesraan bersama Tuhannya. Dibelai dalam keheningan pagi oleh Rahman dan Rahim Illahi. Hampir semua menangis. Haru biru jadi satu.

Khusuk dalam sholat Subuh (Dok Pribadi)
Khusuk dalam sholat Subuh (Dok Pribadi)
Seperti ada energy baru saat sholat subuh usai berlalu. Mereka terlihat ceria, penuh semangat dan tak  terlihat lelah di wajah. Seakan mereka semua berteriak “Mount Sinai….Here we Come”  Pemimpin rombongan tersenyum. Ini semangat yang dia tunggu. Semangat menaklukan Gunung Tursina yang sudah menunggu.

“Ayo…kita selesaikan misi ini. Kita taklukan Gunung Tursina dengan hati. Karena kita ke sini hanya untuk sebuah misi, Menapaktilasi Jejak Para Nabi”  Langkah semangat mulai berderap. Naik…turun diantara bebatuan curam. Senter sudah kami padamkan karena hari sudah terang. Tiga puluh menit dari tempat kami beranjak. Tiba lah kami dipuncak. Seakan Gunung Tursina tersenyum ramah menyambut mereka. Pejuang misi menaklukan dirinya dengan misi murni.

Dan Misi pun selesai sudah....(Dok Pribadi)
Dan Misi pun selesai sudah....(Dok Pribadi)
Namun semangat tetaplah sesuatu yang lahir dalam tubuh. Dan tubuh itu sendiri harus patuh dengan hukum alam. Mereka telah berusia senja. Pasti lelah. Karena pendakian terakhir memang sangat melelahkan. Semua menanjak. Dan sebagian mereka sedikit “menyerah” dipendakian terakhir mencapai puncak. 

Sedikit curam, walau hanya sejarak tujuh puluh lima tombak. Mereka berhenti. Mengatur napas agar bisa tancap gas.  Namun mereka yang lebih sedikit muda sudah lupa akan perintah…mereka langsung tancap gas sampai ke puncak. Meraih kemenangan yang sudah di depan mata.

Hari itu Puncak Tertinggi Gunung Tursina (Mount Sinai); titik dimana Nabi Allah Musa Kalamullah berdiri; berdialog dengan Tuhannya untuk melaksanan perintah; mengajak sang Durjana dan umat ke fitrahnya; telah menjadi saksi bisu 17 pendaki berusia senja ini telah menaklukannya. Menaklukkannya dengan hati. 

Semua bersujud. Saling memberi selamat dan berpelukan haru. Wajah-wajah senja itu terlihat bak gadis belia yang sedang mekar-mekarnya. Karena semua hadir dari hati yang bersih yang tanpanya tak mungkin misi ini bisa terjadi.

foto-6-60d180d937f4b930bb7dc4a2.jpg
foto-6-60d180d937f4b930bb7dc4a2.jpg
Mushola kecil disebelah kanan dan kapel (Chapel) kecil disebelah kiri puncak Gunung Tursina seakan tersenyum melihat kehadiran mereka pecinta para Nabi agama Samawi. Pagi tampak semakin cerah. Alam dengan suka ria menggelar orchestra keindahan Sang Pencipta. Merekapun terperangah. Menyaksikan setitik keindahan lukisan dunia. Jauh dari atas puncak sana. Hanya ada satu kata yang terucap “ Fabi-ayyi aalaaa-i robbikumaa tukazzibaan – maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Bersambung ke artikel selanjutnya…)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun