Mohon tunggu...
Kuswari Miharja
Kuswari Miharja Mohon Tunggu... Pembelajar yang tak pernah berhenti belajar

Senang menulis fiksi maupum nonfiksi, yang penting bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ayahku Tentara (1) (Kisah Nyata)

28 November 2023   19:02 Diperbarui: 28 November 2023   19:07 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagian Satu

"Nggak Boleh Anakku Ada yang Jadi Tentara"

AKU bangga memiliki ayah seorang prajurit. Apalagi kalau ayah sudah memakai pakaian seragam, terlihat gagah dan berwibawa. Dia berdinas di Kodam III/Siliwangi. Saat  ngobrol, Apa begitu kami memanggilnya, sering cerita perjuangan saat awal menjadi tentara. Aku sangat suka mendengar kisah yang disampaikan, bahkan dia hapal sekali beberapa peristiwa yang hampir merengut nyawanya. 

Terlebih ketika ditugaskan di Irian Jaya, Apa hampir saja tewas karena panah yang melesat di dekat kepalanya. Namun beruntung, Apa selamat karena segera kepalanya dirundukkan ke bawah. "Kalau tidak segera kepala dikebawahkan, mungkin Apa sudah mati, " ucapnya. 

Apa ditugaskan  di Irian sekitar tahun 1965, yang pada saat itu aku masih bayi, karena aku dilahirkan tepat di tahun itu. Aku hanya mendengarkan kisah langsung dari Apa, betapa beratnya jadi tentara pada saat itu. "Berat sekali  tugas sebagai tentara, risikonya adalah kematian. Apa sudah pasrah, saat ditugaskan ke Irian Jaya, apalagi saat itu kamu masih bayi, " katanya. 

Banyak kisah suka dan duka yang dialami Apa saat bertugas sebagai tentara. Apa sendiri mengaku sebenarnya saat menginjak remaja, tidak ada pekerjaan yang dilakukan, selain membantu di rumah dan ikut bapaknya sebagai tukang delman. 

Suatu ketika ada temannya yang mengajak untuk daftar menjadi tentara, maka Apa sebenarnya hanya coba-coba saja, tidak berminat dan tidak serius untuk ikut menjadi tentara. Namun diluar dugaan tenyata setelah dites, ternyata Apa diterima jadi calon tentara. Sedangkan temannya yang mengajak tidak diterima. 

"Apa terus saja mengikuti latihan karena sudah diterima resmi jadi tentara. Sementara teman Apa gagal jadi tentara! Itulah perjalanan awal Apa jadi tentara! " katanya. 

Sebenarnya, katanya, Apa daftar jadi tentara Ibu sama sekali tidak mengizinkan, maklum dari kampung jadi ketakutan. Namun Apa bersikeras untuk terus mengikuti latihan, karena di rumah sendiri tidak ada kegiatan. Daripada menganggur mendingan jadi tentara. 

Itu yang dikatakan Apa. Sungguh tidak mudah mengikuti berbagai latihan yang harus diikuti, namun semua dijalani karena  akhirnya sadar bahwa menjadi tentara adalah tugas negara dan harus siap menghadapi risiko apapun. 

Lelah latihan apalagi ditugaskan saat terjadi pemberontakan oleh Gerakan DI/TII di Jawa Barat, maka Apa merasakan beban yang berat karena harus mengejar dari hutan ke hutan. Apa merasakan betul beratnya sebagai tentara di saat itu, bahkan ketika berada di hutan, harus siap kelaparan dan makan apa adanya di hutan. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun