Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Keburukan Dianggap Sebagai Sesuatu yang Biasa

12 April 2012   17:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:41 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sering mendengar cerita hidup seseorang yang memiliki pandangan akan apa yang dipikirkan, dijalani dan dirasakannya, meskipun itu sesuatu yang buruk, namun dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa. Bahkan meskipun hal itu merupakan keburukan yang nyata, tapi karena sudah terjadi umum dalam suatu komunitas, atau kelompok masyarakat,  berbangsa dan bernegara, maka hal tersebut seolah-olah berubah menjadi baik.

Seseorang yang menginginkan dirinya bekerja sebagai PNS, sudah menganggap lumrah dan biasa jika harus mengeluarkan uang sebesar puluhan juta rupiah agar dapat lolos dalam test penerimaan CPNS nya. Lalu Ketika seseorang menjadi PNS dan menjadi pejabat misalnya, dianggap biasa jika dia secara rakus merampok uang rakyat demi syahwat dirinya untuk menjadi kaya raya. Dia bisa atur nomenklatur anggaran, utak-atik APBD, bermain SPPD, hingga setoran fee proyek, dan itu pun sudah dianggap sesuatu yang biasa dan lumrah.

Seorang politisi atau anggota DPRD di berbagai tingkatannya, jika dia dalam menjalankan tugasnya tersebut diberi ruang mengatur anggaran, maka jatah anggaran dari apa yang disebut sebagai dana aspirasinya itu, bisa secara bebas dia jual kepada pengusaha, entah itu dalam bentuk program, proyek, atau bantuan sosial lainnya. Hal itu pun sudah dianggap lumrah dalam sistem dan gaya politik saat ini.

Seseorang yang sudah memiliki anak dan istri, jika diluaran bermain-main dengan perempuan yang lain, pergi ke tempat hiburan, membeli wanita tuna susila, lalu berzina, maka hal itu pun seperti sudah dianggap lumrah dan biasa. Seolah bahwa jika lak-laki melakukan praktik seperti itu amatlah wajar. It's Ok..!

Segala praktik keburukan yang hadir dan membudaya di sekeliling kita hari ini, sepertinya sudah mendapatkan penilaian yang lumrah dan biasa. Saya koq merasa miris dengan sebuah keterangan dari baginda Rasulullah SAW " Takkan pernah berkumpul ummatku dalam keburukan yang berjama'ah". Jika sudah begitu, apakah memang kehidupan kita saat ini sudah tidak lagi mencerminkan akhlak Rasulullah?

Lalu ummat siapakah kita saat ini? apakah kita sudah terpenjara dalam sebuah patologi modernisme yang selalu mendewa-dewakan hal yang berbau materialisme? Sehingga demi nilai material atau angka rupiah, kita tidak lagi mempertimbangkan baik dan buruknya.

Tepat kiranya jika kita membaca Syi'ir Ronggowarsito bahwa saat ini kita hidup dalam zaman edan, siapa yang tidak ikut edan dia tidak akan pernah kebagian.....Padahal dengan potensi akal dan hatinya, manusia diberi guidance oleh Tuhan sang pencipta, untuk dapat memilah dan memilih antara kebaikan dan keburukan.

Maka memang sudah saatnyalah, jika ummat penghuni negri ini sudah tak lagi mampu membedakan mana baik mana buruk, senang dan tenang dalam alur pembangkangan pada sang khalik, maka Tuhan akan menurunkan dan menjelaskan secara terang benderang akan betapa dahsyatnya kekuatan dan kekuasaan yang Tuhan miliki menyangkut alam dan seluruh isinya. Sehingga Bumi digoncangkan, apakah melalui gempa, tsunami atau apapun sejeninya yang ternyata manusia tak (belum) mampu mengatasinya....

Yaa Rabbana. Arinal haqqa haqqa warzukna at thiba'ah, wa arinal bathila , baathila warjuknaj tinaabah..Tuhan kami tunjukanlah jalan kebenaran, dan berilah aku kekuatan untuk mengikutinya, Dan tunjukanlah segala hal buruk pada ami, serta berilah hamba kekuatan untuk menjauhinya...amiien.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun