Saya kadang kala terpikir, betapa prihatinnya, melihat kebanyakan penulis buku di tanah air. Hidup mereka kebanyakan pas-pasan. Padahal, tingkatan kemajuan ilmu dan teknologi suatu bangsa, tergantung pada penulis buku bangsa itu.
Memang ada sedikit penulis yang dapat hidup lbh baik, lantaran bukunya laris. Tapi kebanyak hidup sempoyongan.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Pertama, karena royalti yg diberikan kepada penulis oleh penerbit buku terbilang kecil, yakni sekitar 10 persen dari setiap buku yg terjual.
Kedua, tidak tahu berapa lama, penerbit baru membayar royaltinya kepada penulis?
Ketiga, bukunya banyak dibajak dan dijual dengan harga murah.
Keempat, masyarakat kita, belum terbiasa dengan budaya beli buku dan membaca buku. Maunya dikasih gratis, sudah dikasih, tidak dibaca lagi.
Maka jumlah buku yg  terbit di tanah air setiap tahun, hanya 18.000 judul buku,  jauh ketinggalan di banding negara Jepang 40.000 buku, India 60.000 buku dan China 140.000 buku.
Bangsa Malaysia saja rata-rata membaca 7-8 judul buku setiap tahun. Bagaimana bangsa kita?
Oleh sebab itu, marilah kita budayakan beli buku dan baca buku, demi kemajuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta, 17 Desember 2018
Kurnianto Purnama, SH.MH.