Mohon tunggu...
Christian Patience
Christian Patience Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Beginner

Selanjutnya

Tutup

Film

Suffragette (2015), "Perang Adalah Satu-satunya Bahasa yang Dipahami Pria"

6 November 2021   15:44 Diperbarui: 6 November 2021   17:52 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suffragette. Sumber: https://www.rollingstone.com/movies/movie-reviews/suffragette-114356/

Kutipan pada judul adalah kata-kata yang diucapkan Maud Watts (tokoh utama) atas bentuk kekesalannya pada dominasi kaum laki-laki dan kurangnya perhatian terhadap hak-hak perempuan.

Awal 1900-an adalah masa dimana gerakan Feminisme mulai gencar-gencarnya. Perempuan mulai berjuang demi kesetaraannya, dan para pria harus mengakuinya.

Pengantar diatas adalah sedikit gambaran tentang perjuangan para perempuan pada film Suffragate (2015) karya sutradara perempuan Sarah Gavron.

Suffragette sendiri bercerita tentang perjuangan para kaum feminis di London pada 1912 yang terinspirasi dari sejarah aslinya. Pada masa itu budaya patriarki masih sangat kental, dimana kaum pria lebih diprioritaskan sebagai pemegang kekuasaan.

Maud Watts. Sumber: https://www.thebubble.org.uk/culture/film/review-suffragette/
Maud Watts. Sumber: https://www.thebubble.org.uk/culture/film/review-suffragette/

Budaya Patriarki 

Film ini membawakan tokoh utama bernama Maud Watss (Carey Mulligan) yang bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan laundry baju saat itu.

Saat itu ia hanya menjalani kehidupannya seperti biasa, ia bekerja keras dengan resiko gangguan kesehatan tinggi demi upah yang rendah. Hal tersebut memang terdengar tidak etis, namun itulah yang terjadi.

Fokus utama dari film ini adalah kelompok gerakan feminisme yang disebut Suffragette. Mereka terdiri dari perempuan yang mau berjuang untuk hak kesetaraan, yang pada masa itu sangat ditentang oleh pemerintahan.

Meskipun memiliki pendidikan, gelar, ataupun kehormatan yang tinggi, kaum perempuan masih sulit untuk memperjuangkan hak mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun