Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mbah Kadam, Maestro Ludruk yang Bersahaja

1 Februari 2018   07:35 Diperbarui: 2 Februari 2018   02:05 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Kadam, Maestro Ludruk yang Bersahaja (Dok. Lembaga Kesenian Indrokilo)

Berpulangnya Mbah Kadam membuat kesedihan mendalam bagi banyak seniman. Salah satunya Didik Nini Thowok, seniman tari Yogja." Waktu saya singgah di rumah Pak Kadam saya langsung merasa dekat dan cocok bahkan ngobrol kita sangat nyambung, bahkan guyon-guyon sampai gayeng. Itulah contoh bahwa seorang maestro sungguh-sungguh merasa dirinya biasa-biasa saja, rendah hati. Kita bisa belajar banyak dengan beliau. 

Sebenarnya saya sudah berbicara dengan Pak Kadam merencanakan kolaborasi ludruk di Yogyakarta bulan Desember besok, dengan Cak Kartolo dan istrinya juga. Akan tetapi Tuhan punya rencana lain yang kita tidak mengerti. Saya merasa sangat kehilangan seorang seniman besar. Selamat jalan Pak Kadam. Semoga Tuhan menyediakan tempat yang indah buat panjenengan di sana. Saya punya foto dengan almarhum. Beliau salah satu seniman ludruk yang sangat senior dan fokus di bidangnya. Spesialis peran cross gender. Jadi menurut saya seperti Cak Kartolo yang matang di bidang perludrukan."

Lebih lanjut, Didik Nini Thowok menuturkan bahwa sekitar tiga bulan lalu buku biografinya terbit dalam bahasa Jepang. Ditulis Prof.Madoka Fukuoka dari Osaka University. Melengkapi buku biografinya yang ditulis Herry Gendut Janarto.

Perkenalan Didik Nini Thowok dengan Mbah Kadam setahun lalu lewat Cak Marsam Hidayat, seniman ludruk asal Gondanglegi Malang.

"Indonesia memang selalu terlambat menghargai senimannya" kata Didik Nini Thowok.

Cak Marsam Hidayat, sahabatnya dalam dunia ludruk menuturkan :

"Saya merasa kehilangan, karena Pak Kadam sudah seperti orangtua sendiri. Lerok Anyar tinggalkan tokoh Mbok Sarip yang tidak ada yang menggantikan Mak Kadam menurut saya adalah sosok Mbok Sarip secara utuh. Mak Kadam banyak memberi wejangan tentang ajaran budi luhur selama berada di belakang panggung ludruk Persada, Manggala dan Lerok Anyar. Ilmu pitutur kebaikan dari Mak Kadam selalu melekat dalam hati saya. Selamat jalan Mbok Sarip, semoga Tuhan menempatkan arwah Mak Kadam sesuai amal ibadahnya".

Prof.Henricus Supriyanto mengirim ucapan duka cita lewat pesan pendek; "Bintang panggung termuda Ludruk Marhaen 1965 telah tiada. Dia setia pada janji, disiplin organisasi. Sulit mencetak bintang panggung seperti dia. Namanya besar, tapi tidak jual mahal. Selamat jalan Mama Kadam. Doaku mengiringmu."

Sosok Mbah Kadam termuat dalam buku Lakon Ludruk Jawa Timur, Henri Supriyanto, penerbit Grasindo, Jakarta, 1992 di halaman 39.

Main Film

Tahun lalu, Mbah Kadam terpilih sebagai salah satu pemeran dalam film 9 Summers 10 Autumns besutan sutradara Ifa Ifansyah. Film yang diangkat berdasar novel dengan judul serupa karya Iwan Setyawan, anak sopir angkot yang berhasil menembus New York. Adalah Herman Aga, salah satu sahabat di Batu yang juga bermain di film tersebut sebagai Mas Yani, pelatih Teater Pandu, selain sebagai acting coach.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun