Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog Lintas Agama di Desa Kebonagung

2 November 2016   00:55 Diperbarui: 2 November 2016   01:52 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3. Tari bali dari SMA Tri Murti, Karangpandan, Pakisaji Kabupaten Malang. (Dok.Rendy Kurniawan)

 “Tahun 2566 lahir Nabi Khong Hu Cu. Tempat ibadahnya di  klenteng. Firmannya adalah setia akan firman Tuhan. Bertepo salira terhadap sesama. Berwatak sejati, cinta kasih, dapat dipercaya, kebenaran, susila, bijaksana. Firman Tuhan bahwa di empat  penjuru lautan kita semua adalah saudara,” kata Bonsu Anton,mewakili umat Khong Hu Cu.

1. Bapak Bambang dari Polsek Pakisaji; Bapak Hari Krispriyanto, Camat Pakisaji; Kapten ARH Zaenuri, Danramil Pakisaji; Bapak Teguh Santosa Kepala Desa Kebonagung (Dok.Rendy Kurniawan)
1. Bapak Bambang dari Polsek Pakisaji; Bapak Hari Krispriyanto, Camat Pakisaji; Kapten ARH Zaenuri, Danramil Pakisaji; Bapak Teguh Santosa Kepala Desa Kebonagung (Dok.Rendy Kurniawan)
2. Pdt Crestea Andrea, GKJW Sitiarjo; Bonsu Anton, Khong Hu Cu. (Dok.Rendy Kurniawan)
2. Pdt Crestea Andrea, GKJW Sitiarjo; Bonsu Anton, Khong Hu Cu. (Dok.Rendy Kurniawan)
3. Tari bali dari SMA Tri Murti, Karangpandan, Pakisaji Kabupaten Malang. (Dok.Rendy Kurniawan)
3. Tari bali dari SMA Tri Murti, Karangpandan, Pakisaji Kabupaten Malang. (Dok.Rendy Kurniawan)
Epilog

Pdt. DR. Yakob Tomatala dari  Badan Kerjasama Gereja-Gereja di Malang menyatakan bahwa kalau kita mau meningkatkan kebersamaan, meningkatkan kata saling mengasihi, saling tolong menolong, saling saling yang sifatnya positif maka kita harus menghindari saling yang sifatnya negativ. Maka kasus Tolikara tidak terjadi. “Malang adalah miniatur Indonesia yang menggambarkan kesatuan, keberagaman. Sangat berharap, setelah kita pulang dari Dialog lintas Agama kita tidak lupa. Perlu diimplementasikan di kehidupan sekitar. Yang besar menyayangi yang besar, yang kecil menghormati yang besar.”

Bukan hanya Pdt.DR.Yakob Tomatala yang berharap adanya kerja kongkrit sepulang dari Dilalog Lintas Agama. Harapan serupa disuarakan oleh Pak Mateus, mewakili jemaat Kristen yang hadir.Dan seratusan peserta Dialog Lintas Agama yang hadir di Balai Desa Kebonagung.

Pak Soleh, Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama  (FKUB) Kabupaten Malang memberikan catatan menarik bahwa saat Pak Sukri, menjadi Kepala Desa Kebonagung tahun 1989-1998, sudah pernah dibentuk forum kerukunan antar umat beragama di Desa Kebonagung. “Kami saling berkunjung ke tempat ibadah. Saya ke pura lima kali. Tiap hari besar agama warga saling silaturahmi. Dalam kesempatan ini FKUB mengusulkan agar  dibentuk semacam FKUB di Desa Kebonagung.Namanya bisa  Paguyuban Antar Umat Beragama.”

Dan Bapak Teguh Santosa, Kepala Desa Kebonagung pun bersedia memfasilitasi terbentuknya Paguyuban Antar Umat Beragama di Desa Kebonagung.


4. Musik banjari dari ibu-ibu Desa Kebonagung. (Dok.Rendy Kurniawan)
4. Musik banjari dari ibu-ibu Desa Kebonagung. (Dok.Rendy Kurniawan)
5. Bapak Happy Yulianto, Ketua Ikatan Keluarga Kristen (IK3) Desa Kebonagung. (Dok.Rendy Kurniawan)
5. Bapak Happy Yulianto, Ketua Ikatan Keluarga Kristen (IK3) Desa Kebonagung. (Dok.Rendy Kurniawan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun