Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teori Belajar Pemrosesan Informasi

31 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 31 Desember 2022   09:58 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Model Pemrosesan Informasi (Sumber: Shaffer & Kipp, 2014: 251)

1. Optimalisasi Perhatian

Guru hendaknya berusaha untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian selektif siswa selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung. Dengan adanya perhatian selektif, informasi yang tertangap indra siswa dapat tersimpan dalam memori jangka pendek atau memori kerjanya. Upaya membangkitan perhatian siswa dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang kondusif, menegaskan pentingnya  siswa mempelajari materi. Perhatian siswa dapat dipertahankan dengan menyajikan materi pembelajaran secara menarik, misalnya menggunakan media pembelajaran. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.

2. Membuat Materi Pembelajaran Bermakna bagi Siswa  

Penjelasan guru tentang pentingnya siswa mempelajari materi, selain untuk membangkitkan perhatian siswa juga untuk membuat materi menjadi berarti bagi siswa. Teknik lainnya yang dapat dilakukan guru adalah mengkaitkan apa yang akan dibahas dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Meyer, seperti yang dikutip oleh  Schunk (2012: 217), menyebut teknik seperti itu dengan advance organizers, yaitu pernyataan luas yang disajikan di awal pembelajaran yang membantu menghubungkan materi baru dengan materi belajar sebelumnya.

3. Meringankan Beban Kognitif

Guru mempertimbangkan apakah beban kognitif terlalu  berat atau cukup bagi siswa. Sistem pemrosesan informasi memiliki keterbatasan dalam menangani begitu banyak pemrosesan sekaligus. Jika terlalu banyak informasi harus diproses, apa lagi terjadi secara bersamaan, maka siswa sebagai pemroses informasi  akan menghadapi kesulitan. Bahwa kapasitas memori kerja terbatas. Schunk menyebut fenomena yang demikian sebagai beban kognitif. Karena pemrosesan informasi membutuhkan waktu dan melibatkan banyak proses kognitif, pada waktu tertentu hanya informasi dalam jumlah terbatas yang dapat disimpan di memori kerja, ditransfer ke memori jangka panjang, dilatih, dan sebagainya (Schunk, 2012: 2017).

Beban kognitif, atau tuntutan pada sistem pemrosesan informasi, dapat terdiri dari dua jenis: intrinsic dan ekstrinsik. Menurut Bruning dan koleganya, beban kognitif intrinsik bergantung pada sifat informasi yang tidak dapat diubah untuk dipelajari dan dipermudah hanya ketika peserta didik memperoleh skema kognitif yang efektif untuk menangani informasi tersebut dan beban kognitif ekstrinsik disebabkan oleh cara penyajian materi atau aktivitas yang diperlukan peserta didik (Schunk, 2012: 2017). Misalnya, mahasiswa mempelajari materi kuliah berupa teori belajar pemrosesan informasi. Beban kognitif tertentu (intrinsik) melekat pada materi yang akan dipelajari, yaitu pemahaman konsep-konsep yang ada dalam teori tersebut. Sedangkan bagaimana dosen menjelaskan materi kuliah merupakan beban kognitif ekstrinsik mahasiswa. Dosen yang memberikan presentasi yang jelas membantu meminimalkan beban kognitif ekstrinsik, sedangkan dosen yang menjelaskan konsep-konsep ini dengan buruk meningkatkan beban ekstrinsik. Beban kognitif berupa materi belajar yang terlalu banyak mudah untuk dilupakan. Menurut teori interferensi (interference theory), lupa terjadi karena materi yang diterima  terlalu banyak, sehingga terjadi interferensi dan kemudian menyebabkan terjadinya lupa.

4. Pengulangan Sesering Mungkin 

Pengulangan atau latihan (rehearsal) dapat membuat proses retrieval atau pengambilan informasi yang telah tersimpan menjadi lebih mudah. Menurut teori peluruhan (decay theory), bahwa lupa terjadi karena jejak-jejak ingatan memudar seiring waktu (Weiten, 2017: 240). Menurut teori tersebut jika materi yang tersimpan dalam sistem memori lama tidak diambil atau digunakan maka materi tersebut menjadi terlupakan. Misalnya, nomor HP yang masih aktif dan sering digunakan mudah diingat, sebailknya, nomor HP yang sudah tidak digunakan lagi mudah dilupakan. Selain itu dengan pengulangan terbentuk   otomastisitas (automaticity). Misalnya, ketika mata melihat sederet huruf, terjadi proses kognitif yang cepat berupa pengartian kata atau kalimat yang terbentuk dari huruf-huruf tersebut.

Daftar Pustaka

Goldstein, E.B. (2011). Cognitive Psychology: Connecting Mind, Research, and Everyday Experience. Belmont: Wardsworth.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun