Mohon tunggu...
Cahaya Kumalasari
Cahaya Kumalasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

belajar menjadi istri yang baik dan ibu yang penuh kasih sayang...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jerman Menjaga Etika Anak

8 Mei 2014   23:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399540192336722968

Dalam satu cerita pelayaran kapal pesiar, seorang awak kapal bercerita jika setiap waktu orang yang berpesiar umumnya hanya bersenang-senang di atas kapal dengan berjemur, bernyanyi, menari dan bercengkrama.  Tak jarang pesta-pesta digelar dengan disertai minuman keras yang beredar bebas.  Hingga tak mengherankan jika hampir tiap minggu selalu ada saja orang yang meninggal tercebur ke laut. Awak kapal tersebut bercerita hanya sedikit orang yang tak melakukan hal itu, yaitu orang-orang yang berasal dari Jerman dan Jepang. Orang Jepang telah dikenal secara luas kemampuannya dalam menjaga kultur dan budaya timur dengan penuh kedisiplinan.  Bagaimana dengan orang Jerman?

Pada dasarnya menjaga etika anak di Jerman bermula dari rumah kemudian pada masa anak masuk ke sekolah orang tua bekerja sama dengan guru untuk mengarahkan perilaku anak.  Pendidikan di rumah merupakan salah satu bagian terpenting terutama pada masa kanak-kanak.  Pendidikan bukan hanya diberikan dalam bentuk perintah (instruksi), namun juga gambaran yang diperlihatkan oleh anggota keluarga terutama kedua orang tua.  Anak cenderung akan meniru setiap detail perilaku dan perkataan orang tua.  Maka penting sekali bagi orang tua juga menjaga etika selama berada di rumah.

Orang dewasa Jerman pada umumnya berbicara dengan intonasi yang rendah dan jarang memperlihatkan emosi secara langsung terutama di depan anak-anak.  Secara sadar seringkali letupan emosi bukan terjadi karena kondisi rumah tangga namun karena ada banyak tekanan kehidupan dari luar baik dari kondisi sosial maupun ekonomi.  Dalam kondisi keletihan yang memuncak sering kali perilaku anak di rumah menjadi salah satu sumber yang memicu emosi.  Anak kadang bertengkar dengan saudaranya, merengek meminta sesuatu atau bertingkah membongkar barang-barang dan sebagainya.  Pada kondisi ini, orang tua tetap berusaha untuk menahan diri untuk tidak berkata kasar kepada anak.  Jika orang tua hampir mencapai batas limit kesabaran dalam menghadapi anak di rumah, maka dengan jujur dia akan meminta sedikit waktu untuk pergi sendiri untuk meredam emosi (keluar rumah atau masuk ke dalam kamar).  Sebenarnya dalam waktu 5-15 menit, otak akan menetralisir tekanan secara otomatis sehingga dapat meredam emosi yang terjadi.  Setelah kondisi emosi ternetralisir, orang tua dapat kembali menemui anak dan menyelesaikan masalah yang tertunda tanpa emosional.  Tampilan ini secara langsung menjadi contoh bagi anak dalam mengatur emosi dalam kehidupan selanjutnya.

Saat anak masuk ke taman kanak-kanak (dapat mulai umur 3 tahun), anak dikondisikan untuk dapat merasa nyaman dengan kondisi lingkungan baru, terutama guru pendamping.  Di taman kanak-kanak, anak menyebut langsung nama depan guru tanpa embel-embel apapun dengan tujuan untuk mendekatkan anak dengan guru.  Hal ini bukan berarti akan membuat anak “nglunjak“ namun lebih mengkondisikan guru sebagai teman atau saudara dekat karena masa ini adalah masa transisi anak sebelum masuk sekolah.  Sebisa mungkin guru memiliki posisi sejajar dengan anak, dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Di taman kanak-kanak, anak belajar berinteraksi langsung dengan teman sebaya dalam kisaran tiga tahun, lebih muda atau lebih tua.  Dalam satu kelas terdapat dua orang guru pendamping yang secara intensif bergantian memandu kegiatan. Kegiatan relatif bebas, menggambar, mendengarkan cerita dari buku yang dibacakan guru, membuat prakarya, memasak, piknik dan lain sebagainya. Hal utama anak bermain dan guru mendampingi dengan memberitahukan aturan main.  Dalam beberapa kasus khusus guru selalu menekankan hal yang boleh dan tidak boleh dengan cara yang ramah.  Mulai dari bagaimana mengajukan permintaan, mengatur anak-anak, merapikan mainan dan lain sebagainya.  Guru harus pula berlaku tegas jika anak memberontak, berlaku kasar, tidak menjaga kebersihan, atau membahayakan teman.  Dalam berbagai keadaan yang terjadi, guru tetap harus menjaga emosi dalam berinteraksi dengan anak.

Memasuki masa pra sekolah sekitar umur lima tahun, anak mendapat bimbingan khusus dari guru yang berasal dari sekolah dasar terdekat atau anak pergi ke sekolah dasar tersebut dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.  Anak mendapatkan pembelajaran bagaimana kehidupan sekolah dasar yang akan dijalani. Anak sudah harus memanggil guru dengan sebutan “Frau” (Ibu) dan nama belakan guru tersebut.  Beberapa peraturan di sekolah dasar mulai diperkenalkan, seperti bagaimana bertingkah laku dalam kelas, bagaimana cara menjawab pertanyaan guru atau jika ingin bertanya.  Anak juga secara intensif mulai diperkenalkan dengan angka dan huruf dengan cara yang menyenangkan.  Anak mulai berlatih aktif bercerita dan mulai diasah kemampuan motorik halusnya melalui berbagai permainan yang dilakukan bersama.  Dalam masa ini pula anak mulai diatur penggunaan bahasa yang tepat untuk berinteraksi dengan orang dewasa.

Masa sekolah dasar anak penuh dengan berbagai kegiatan yang menarik, dimulai dari hari pertama masuk sekolah yang penuh dengan rasa kekeluargaan dan sambutan yang meriah dari guru dan kakak kelas.  Anak kelas satu memiliki satu atau dua guru utama yang mengajar beberapa materi, biasanya terbagi dua yaitu guru science dan guru seni.  Di dalam kelas terdapat pula pendamping guru yang biasanya merupakan calon guru yang tengah belajar untuk menangani kelas (semacam magang).  Guru secara cermat mengamati perilaku anak dalam kehidupan kelas, terutama pada saat berinteraksi dengan teman sekelas.  Perhatian utama guru lebih pada perubahan yang terjadi pada saat awal masuk kelas hingga akhir, baik kemampuan akademik maupun attitude.

Dalam menjaga etika dan keteraturan hidup masyarakat Jerman tak terlepas juga peran serta pemerintah dalam hal ini terutama petugas layanan publik dan aparat penegak hukum.  Petugas layanan publik baik di perkantoran maupun wilayah umum memiliki temperamen yang sangat baik meskipun berhadapan dengan warga yang tengah emosi. Selain itu, terdapat banyak peraturan yang diterapkan terkait dengan masalah etika.  Seperti misalkan pemukulan merupakan hal terlarang di Jerman, meskipun di dalam rumah dan pelakunya adalah anggota keluarga.  Siapa pun yang melakukan pemukulan bisa dilaporkan ke polisi dan mendapatkan denda, pembayaran ganti rugi dan hukuman. Denda akibat tindak pemukulan bisa mencapai 2000€, jumlah yang cukup besar untuk warga.



Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun