Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyelisik Belajar dari Rumah dalam Kepungan Corona

22 April 2020   15:58 Diperbarui: 22 April 2020   15:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak muncul Desember 2019 di Wuhan, China penyebaran Coronavirus Deseade (Covid-19) kini semakin luas, melintasi negara dan benua. Virus ini terus menyerang siapa saja. Jumlah korban semakin banyak, baik yang positif terinfeksi maupun yang meninggal dunia. Syukur karena korban yang sembuh dari serangan virus ini lebih banyak dibandingkan yang meninggal dari total yang terinfeksi. Walau demikian kita harus tetap waspada.

Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Satgas penanganan Covid-19 dibentuk dan ketua BNPB Doni Monardo ditunjuk sebagai komando. Status darurat bencana yang awalnya ditetapkan hingga 28 February diperpanjang hingga 29 Mei 2020. Seiring dengan itu, pemerintah memberlakukan kebijakan social distancing yaitu belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, dan selalu menjaga jarak dan kesehatan diri.

Penyebaran Covid-19 yang massif tidak hanya mengancam kesehatan manusia tetapi berimbas pada sektor kehidupan yang lain. Bidang transportasi misalnya, penerapan social distancing yang membatasi aktivitas di luar rumah membuat arus penumpang berkurang. Pariwisata juga kena imbas. Jumlah wisatawan menurun drastis. Dan tempat-tempat wisata ditutup untuk umum. Di bidang keagamaan, kegiatan keagamaan di rumah ibadah ditiadakan. Umat diminta untuk berdoa di rumah.

Menyelisik Belajar di Rumah

Pendidikan juga tidak luput dari ancaman Covid-19. Aktivitas pembelajaran di sekolah-sekolah di seluruh tanah air dihentikan. Halmana tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran  Corona Virus Desease  (Covid-19). Kesehatan lahir dan bathin siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah menjadi pertimbangan utama penghentian aktivitas pendidikan di sekolah.

Ketika sekolah "diliburkan", bukan berarti bahwa aktivitas belajar dihentikan. Dalam surat edaran Mendikbud dengan tegas dikatakan bahwa proses belajar dilakukan dari rumah. Artinya ruang aktivitas belajar dipindahkan dari sekolah ke rumah. Karena itu walaupun dirumahkan, anak harus tetap belajar. Ya, belajar dari rumah. Inilah yang dipahami secara keliru oleh orangtua siswa. Dimana banyak orangtua yang mengajak anaknya pesiar ke tempat wisata, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan ketika sekolah diliburkan.

Walau dirumahkan, siswa tetap belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan tanpa harus bertatap muka dengan guru. Belajar dari rumah dapat dilakukan dengan model pembelajaran dalam jaringan (daring) memanfaatkan kecanggihan teknologi. Model pembelajaran online sudah menjadi trend di era disrupsi teknologi sekarang. Dalam situasi normal pembelajaran online sudah sedang dijalankan banyak sekolah di tanah air.

Beberapa teknologi pembelajaran jarak jauh yang bisa digunakan seperti zoom, google classroom, whatsApp, dll. Disamping itu tersedia situs Web E-Learning yang bisa dimanfaatkan siswa untuk belajar online yaitu: rumah belajar; google g suite for education; kelas pintar; Microsoft office 365; quipper school; sekolah online ruangguru gratis; belajar online sekolahmu; zenius (kompas.id, 26/03/20).

Meskipun kita telah memasuki era disrupsi, dalam menerapkan pembelajaran dalam jaringan, kesiapan sekolah sangat bervariasi. Hal ini terkait dengan ketersediaan fasilitas, akses jaringan juga kemampuan guru dan siswa. Bagi sekolah di perkotaan, model pembelajaran dalam jaringan mungkin tidak mengalami kendala karena karena fasilitas tersedia. 

Berbeda dengan daerah pedesaan yang aksesibilitas dan infrastruktur sangat terbatas. Belum lagi bicara fasilitas yang dimiliki seperti HP atau laptop, kesiapan guru dan siswa, atau masalah jaringan internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun