Mohon tunggu...
Kresna Triadi
Kresna Triadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perusahaanmu Bukan Sekolahku!

11 Maret 2019   10:41 Diperbarui: 11 Maret 2019   11:18 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembahasan Mosi Debat : Dewan ini akan melegalkan anak dibawah umur untuk dipekerjakan selama perusahaan memberikan fasilitas pendidikan.

Kini zaman telah berubah, negara-negara di dunia sudah tak lagi memiliki batasan. Mereka terus berinteraksi dan berkompetisi dalam berbagaibidang, tak terkecuali bidang ekonomi. Sebagai dampak dari kompetisi tersebut, persaingan ekonomi globalpun semakin kuat, membuat para perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan melakukan berbagai inovasi dan strategi guna tetap menjaga kestabilitasan usahanya.

Dalam hal ini, banyak perusahaan yang telah melakukan transformasi dalam bidang ekonomi dengan membuat berbagai strategi guna dapat mengimbangi irama kompetisi, salah satunya melalui penekanan biaya produksi untuk mendapatkan laba yang tinggi. 

Dikarenakan jumlah biaya produksi akan membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk,  maka ketika jumlah pengeluaran untuk biaya produksi semakin kecil maka harga dari produk pun akan lebih murah dari sebelumnya. 

Pada nantinya, ketertarikan konsumen terhadap produk akan semakin tinggi dan akhirnya akan mampu menaikan laba perusahaan. Disamping itu, penekanan biaya produksi juga akan membuat perusahaan semakin hemat dalam mengeluarkan anggaran dan hal ini pun akan membuat perusahaan semakin mendapatkan keuntungan bersih yang besar.

Sesuai dengan teori biaya, guna menghasilkan pengeluaran biaya produksi yang minimum, seluruh aspek produksi harus diperhatikan dari segala hal. Dalam beberapa kasus, tak jarang perusahaan justru langsung memangkas pengeluaran terhadap biaya produksi dalam berbagai aspek, salah satunya terkait pemotongan upah tenaga kerja. 

Namun langkah ini sebenarnya sangat beresiko untuk diterapkan, karena hanya soal menunggu waktu saja para tenaga kerja akan melakukan demonstrasi terkait penuntutan kenaikan upah tenaga kerja. Sebagai dampak dari resiko tersebut, akhirnya banyak perusahaan yang memikirkan solusi lain untuk mencapai kondisi pengeluaran biaya produksi yang minimum, salah satunya dengan menjadikan anak dibawah umur sebagai tenaga kerja.  

Fenomena tenaga kerja anak sebenarnya sudah berlangsung lama dan berkembang pesat diberbagai belahan dunia khusunya dinegara berkembang. Masifnya keterlibatan anak dalam dunia kerja tidaklah terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor, penyebab utamanya ialah kemiskinan. 

Kehidupan yang berada dibawah garis kemiskinan memaksa anak-anak untuk bekerja guna menaikan pendapatan ekonomi keluarga. Disamping itu, banyak keluarga yang beranggapan bahwa pekerja anak merupakan perwujudan pengabdian seorang anak kepada orangtua dengan membantu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. 

Argumen ini menjadi legitimasi mempekerjakan anak-anak, bahkan dengan pekerjaan yang eksploitatif, upah murah dan pekerjaan yang berbahaya. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan fenomena tenaga kerja anak berkembang pesat.

Menurut data dari International Labour Organization memaparkan bahwa pada tahun 2015 masih ada 215 juta anak diseluruh dunia yang menjadi tenaga kerja. Dari angka tersebut, hampir 60% pekerja anak dipekerjakan di sektor pertanian dan sekitar 7.2% diantaranya dipekerjakan di sektor industri serta dibeberapa sektor lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun