Bila ingin shalat di Mesjid tertua Koutoubia di Marrakech, harus pas jam shalat, karena bila bukan jam shalat masjid dikunci. Mesjid yang dibangun tahun 1158 ini merupakan ikon kota Marrakech.
Chefchaouen

Kota biru berpenduduk kurang lebih 45 ribu jiwa ini, jadi terasa bersih dan cerah. Nama Chefchaouen, yang artinya dua ujung tanduk, mengekspresikan pemandangan dari kotanya ke dua puncak gunung dari pegunungan Rif.
Konon kenapa bangunannya dicat biru ini, ada beberapa versi. Versi satu karena biru menjauhkan nyamuk, versi ke dua versi religius supaya warnanya sama seperti langit untuk mendekatkan ke Maha Pencipta dan versi ketiga warna biru itu untuk menghindarkan pandangan tidak baik.
Betul sih, di Chefchaouen tidak ada nyamuk. Tapi saya lebih condong ke versi religius. Dari sejarahnya, Chefchaouen ini pernah tertutup untuk non muslim sampai tahun 1920.Â
Tahun 1492 Chefchaouen banyak menampung pelarian Muslim dari Granada, Spanyol Selatan. Sangat berbeda dengan Marrakech yang hiruk pikuk, Chefchaouen tenang dan turis tidak direcoki oleh rongrongan beribu tawaran.

Penduduk setempat tampaknya sudah biasa dengan sesi pemotretan para turis ke pintu atau rumah-rumah mereka. Bahkan satu rumah membuka halaman kecilnya untuk dipotret dengan membayar 10 Dirham.

Satu hal menarik di Maroko, cafe-cafe tidak menjual makan siang. Dan yang duduk-duduk di sana kebanyakan bapak-bapak. Jadi bila mencari makan siang, di restoran bukan di Cafe. Silakan menikmati foto-fotonya, ya. Selamat berpuasa dan salam. (ACJP)