Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

9,5 Jam Transit di Istanbul

16 Juni 2015   17:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   05:58 3405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu kami dari situ ke Istana Topkapi yang tentu saja juga masih tutup ... hehehe. Di Gerbang Istana Topkapi ini terlihat dijaga 2 penjaga. Bangunan besar dengan pagar yang juga tinggi ini, dari tempat kami berdiri di dekat sumur Ahmed III tidak bisa terlihat apa-apa. Dulunya adalah tempat tinggal para Sultan Ottoman atau Usmaniya selama 400 tahun dan sekarang menjadi museum. Di dalam museum Istana Topkapi ini bisa ditemukan sisa-sisa kejayaan dinasti Ottoman dan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Karena masih tutup kami pun lanjut berjalan ke Jembatan Galata dan mencari makan pagi.

Ketika kami sampai di pelabuhan, udara mulai menghangat angin laut dari arah Marmara menyapa ramah. Godaan naik ferry cukup besar, tapi karena waktu kami yang terbatas, kami hanya berjalan menyusuri jembatan Galata, yang pagi itu sangat ramai dengan pemancing. Tidak terasa, kami habiskan hampir satu jam di jembatan Galata, karena memang seru dan banyak yang dilihat.

Kurang lebih jam 11 kami kembali ke daerah Sultan Ahmet, karena kami paling lambat jam 12.30 harus naik Trem dan Metro kembali ke Bandara, maka hanya satu situs saja yang bisa dilihat. Saya memutuskan untuk melihat Hagia Sophia saja, karena Istana Topkapi terlalu besar dan akan terburu-buru. Tiket masuk Hagia Sophia 30 Lira. Di dalam Hagia Sophia mengingatkan saya ke Mezquita di Cordoba, yang mana dulunya mesjid kemudian sekarang menjadi gereja. Sementara Hagia Sophia dulunya gereja kemudian menjadi mesjid dan sekarang menjadi museum ini. Agak merinding ketika memasuki bangunan tua ini, apalagi bila menghayalkan apa saja yang pernah terjadi di dalamnya. Waktu berganti, sejarah berubah tapi bangunan ini masih berdiri.

Dalam perjalanan keluar, kami melihat antrian dalam sebuah tiang, setelah saya lihat ternyata mereka mengantri untuk memasukkan jempol ke dalam lubang yang konon membawa keberuntungan.

Dari Hagia Sophia kami berjalan cepat menuju ke Grand Bazaar yang walaupun hari MInggu tutup tapi di sekitarnya juga ada Bazaar Minggu (itu istilah saya lho). Pasar yang terdiri dari beragam pakaian, sepatu, tas dll ... tapi yang menarik bagi saya adalah pasar batu. Lah tidak hanya di Indonesia ternyata demam batu akik, di Istanbul juga batu akik dijajakan dan tampaknya diminati.

Penutup sebelum kembali ke Bandara Atatürk, tentu tidak lengkap bila kami tidak mencicipi makanan Turkinya. Sayangnya, kami salah memilih restoran, karena harga yang kami harus bayar kurang lebih sama dengan harga restoran di Jerman. Tapi walaupun begitu, kami tidak menyesal karena makanan yang kami pesan enak. Begitulah ... Istanbul sangat menarik, kami akan kembali lagi, mungkin tidak hanya Istanbul tapi juga Cappadoccia, Bursa, Bodrum, Pammukkale dll, semoga. (ACJP)

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun