Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Catatan Kenangan

6 Agustus 2021   11:49 Diperbarui: 6 Agustus 2021   12:18 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RIP Rm Yance laka, Pr. Foto: http://yancelaka.blogspot.com/p/tentang-saya.html

Hari ini di akun Facebook saya terungkap kembali catatan kenangan saya beberapa tahun silam.  Tak terasa, sudah delapan tahun berlalu. Waktu begitu cepat bergerak pergi meninggalkan berbagai kisah kenangan. Jejak digital mengungkit kembali peristiwa yang sudah sekian lama terjadi.

Hari ini, saya menemukan kembali catatan lepas saya tentang Rm Yance Laka, Pr, seorang imam diosesan Keuskupan Atambua. Beliau telah dipanggil Tuhan, delapan tahun silam. Waktu itu saya membuat catatan lepas tentang figur ini untuk mengenangnya karena karena saya melihat beliau sebagai motivator bagi para imam muda kala itu. Catatan itu saya beri judul: BAGAIMANA MELUPAKAN YANG TAK MUNGKIN DILUPAKAN? Saya menulis demikian:

Kemarin aku menulis tentangmu

Hari ini, aku menulis lagi tentangmu

Dan mungkin aku harus terus menulis tentangmu

Tentang kau yang hidup meski hadirmu tiada lagi.

Selasa, 6 Agustus 2013, pukul 10:49:29

Ketika udara Malang begitu bersahabat

Saya mendapat sebuah pesan singkat dari Semarang

Rm Yulius Celcius Nesi, Pr mengatakan:

"RIP: Rm Yance Laka, Pr."

RIP: Recuescat In Pacem. Beristirahatlah dalam damai.

"Haaaaa........Rm Yance meninggal?" Aku tersentak kaget.

Bagai tersambar petir, ketika hari bergerak di antara pagi dan siang

Berita duka tak terduga, menyambar dasyat

Menghantam hati dalam kesendirian di arena Singo Edan

Mengenang seorang kakak, saudara, sahabat, motivator,

Yang adalah juga seorang imam,

salah satu putra kebanggaan Keuskupan Atambua tercinta

Menanggapi SMS dari Semarang, saya bertanya:

Wahhh.....Kenapa begitu? Sakit apa? Kapan? Di mana? dan seterusnya

karena ketakpercayaan, terkejut, kaget, tidak menyangka.

Bahkan menyangsikan kebenaran info dari Semarang.

Tidak mungkin! Mana mungkin? Koq bisa?

Dalam termangu, kusebut namamu: RM YANCE LAKA, PR

Nama ini, orang ini, pribadi ini, figur ini.

Wahhhh.........mengapa secepat ini, jadinya?

Batin merintih, kesedihan merasuk, diam tanpa kata

tergambar jelas dalam kembara sendiri di bumi Singosari.

Tak tanggung-tanggung kusebarkan info ini

kepada saudara-saudara kita di negeri seberang

Rm Sixtus Bere,Pr dan Rm Lusius Tae Mau, Pr. 

Kuinformasikan lewat Facebook

sebagaimana engkau menggunakan media ini

sebagai sarana pewartaan yang membangun dan mengembangkan.

Merekapun mengalami hal yang sama:

Terkejur, kaget, tidak percaya dan sebagainya.

Mereka memberondongku dengan sekian banyak pertanyaan tentangmu

Padahal aku sendiri minim informasi tentang saat pergimu itu.

Selasa, 6 Agustus 2013: Hari mengheningkan cipta

bagi kami saudaramu, adik-adikmu di tanah seberang.

Dari Semarang, Rm Vinsen Kolo, Pr menanyaiku, "Adik, bagaimana?'

Saya menjawab: 'Saya sedih, kakak.' Beliau pun demikian.

Dalam kesedihanku, kupersembahkan Ekaristi kudus untukmu

bersama teman-teman sekomunitas Frateran BHK di Malang.

Dari Filipina, Rm Lucius menanyakan perkembangan informasi

dan mengajakku: "Adik, kita saling mendoakan."

Dari Jerman, Rm Sixtus yang lagi berlibur dan sendirian di sana pun

mengungkapkan kedalaman hatinya mengenangmu:

"Totentanz-Tarian Kematian bisa di mana-mana...

Kali-langit Nenuk kembali gelap dan mencucurkan tetesan duka.

Peran sudah selesai di panggung besar dunia ini...

Tirai 'seberang' terbukalah dan sambut senior Yance Laka.

Semoga mereka bertemu di 'sana'...

Salam duka dari adik / saudaramu."

Rm Renzo Kofi pun menyatakan turut berdukanya

dengan mengajak rekan2 sekomunitas Bruder MTB

merayakan Ekaristi Kudus khusus untukmu.

Adik kita Rm Yulius Celcius bergerak cepat

bersama mahasiswa di Jogja, Asal Keuskupan Atambua,

mempersembahkan Ekaristi kudus untukmu.

Sedangkan adik kita Rm Sipri Tes Mau, Pr, teman serumahmu,

saat kuhubungi untuk memberikan sedikit gambaran tentang harimu itu,

Beliau menjawabku singkat, dalam tangis:

"Saya tidak sanggup menceritakan semuanya. Mari kita doakan beliau."

Artinya: Kami mencintaimu, kakak.

RM YANCE LAKA, PR

Kami mencintaimu, kami tertunduk diam saat mendengar harimu itu.

Dari seberang, kami berdaya dengan segala daya yang kami bisa.

Merindukanmu selalu namun apa hendak dikata

Sulit bagi kami namun indah rencana Tuhan

Tak rela melepasmu namun Tuhan memilih yang terbaik

Tak mungkin melupakanmu apalagi Tuhan yang mencintaimu.

Jejak-jejak cerita bersama kita

Terpatri indah dan sulit terhapuskan

Dalam kolegialitas dan kebersaudaraan kita.

Kembara dan jelajahmu luas dan membekas

Menoreh sejarah cinta dan cita yang tak pudar

Buat rumah kebanggaan, Keuskupan Atambua.

Kaulah yang mengatakan "MAJU TERUS DEMI HIDUP DAN MASA DEPAN"

Beranilah untuk mengarahkan diri, satu langkah lagi ke depan

Dengan melihat kekuatan dan kekayaan diri

Tanpa mengesampingkan kekurangan dan kesalahan.

Kekurangan dan kesalahan bukannya dihakimi namun dibenahi.

Mengingatkan tentang 'daging berduri' yang harus disantap

Mengingatkan adanya 'lampu merah' kehidupan

Dalam semangat dan motivasi membara

Yang kau kobarkan dalam korps dan persaudaraan

Kata-kata harus bertenaga

Tangan untuk memberkati dan menolong

Telinga untuk mendengar

Kerja keras, berpikir cerdas tanpa harus ber'ulah pedas

Demi merawat dan melestarikan tugas agung

'Sig Odore': Menyebarkan keharuman Tuhan

Karena tanda tak terhapuskan yang dimeteraikan

'Roh Tuhan ada padaku.'

Kau kobarkan semangat keberanian untuk bermimpi

Melalui alur berkesinambungan yang terurai dalam

Visi-misi-strategi-program hingga muncul 'focus dan relevan.'

Bahkan menimbulkan salah tafsir dan salah pengertian

Yang memicu perkataan: 'Bubar saja.'

Adalah proses perjalanan kebersamaan

Demi mimpi yang hendak digapai

Dalam rumah idaman Keuskupan Atambua tercinta.

Bagaimana bisa melupakan yang tak mungkin dilupakan

Yance Laka, Nama itu, orang itu, pribadi itu

Sulit terlupakan dari benak siapa saja yang mengenalnya.

Senyum, canda dan tawamu menunjuk pada kepribadianmu

Centilan-centilunmu senantiasa mewarnai hadirmu

Keteguhan pada prinsip menunjuk pada nilai yang ingin digapai

Keberanian bermimpimu berhasil mendobrak

keamanan dan kenyamanan serta tidur kesadaran yang membuai.  .

Mengenang semua yang telah terjadi

Ingin kugugat Tuhan: Terlalu cepat KAU panggil dia.

Mengapa Engkau tidak memberikan kesempatan lebih lama lagi

Buat dia, untuk bersaksi, berkreasi dan beratraksi

Di atas panggung dunia yang masih membutuhkan hadirnya?

Atau toh bila ingin secepat ini,

Mengapa ENGKAU tidak memberi kesempatan kepada kami

untuk mengucapkan terima kasih atas jasa dan pengorbanannya?

Karena bagiku, dia bagai lector sekaligus actor kebaikan

Yang menggerakkan dari kata hingga perbuatan.

Aku menggugat namun Tuhan tetap mendaulatmu.

Air mataku berderai bukannya menyesal namun mengagumimu

Aku sedih bukan karena terharu tetapi tidak sempat mengucap terima kasih

Aku terharu bukannya cengeng tetapi karena kebaikanmu yang membekas

Hatiku merintih bukannya lemah tetapi karena perhatianmu yang takkan kau ulangi lagi

Aku menggugat Tuhan bukannya ingin memberontak apalagi berkhianat

tetapi karena ingin bersamamu lebih lama lagi.

Namun 'rancangan-Ku bukanlah rancanganmu'

Aku kalah dan akhirnya mengalah di titik ini, lalu diam.

Diam dengan tangis dan haruku.

Bukan hanya aku, tetapi semua teman-teman kita.

Bukan hanya aku dan teman-teman kita tetapi juga keluarga tercintamu.

Saya tahu, mama dan adik-adikmu akan menangis sejadi-jadinya.

Karena anda adalah penopang dan pelindung bagi mama dan adik-adikmu

tatkala bapakmu mendahuluimu beberapa tahun silam.

Bukan hanya aku, teman-teman dan keluargamu

tetapi juga umatmu tercinta baik dalam rumah Keuskupan kita

maupun di luar rumah kita, yang kau kenal dan mengenalmu

karena cinta, perhatian, keprihatinan, motivasi dan inspirasimu.

Kakak, kurangkai kata-kata ini dalam sendiri dan bisuku

Bersama deraian air mata mengenangmu.

Kutuliskan kata-kata ini di saat matamu tak lagi

Memandangku, teman-teman, keluarga dan seluruh umatmu.

Bagaimana bisa aku melupakan yang tak mungkin dilupakan?

Kutuliskan semuanya untuk mengenangmu dan menghormatimu.

Dari seberang kami mencintaimu dan mendoakanmu

Jadilah bagi kami pendoa setia di hadapan Tuhan.

Tuhan tetap menang, karena andalah andalan-Nya.

Terpujilah Tuhan, Dia telah memberi.

Terpujilah Tuhan, Dia telah mengambilnya.

Catatanku ini terjadi karena aku mencintaimu. 

Terima kasih, saudaraku. 

Selamat jalan.

Hari ini, saya mengulangi lagi kata-kata ini untuk menghormatimu. Jadilah bagi kami semua, pendoa yang setia di hadapan Tuhan. Beristirahatlah dalam damai Tuhan. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil kembali. Terpujilah nama Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun