Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Melawan atau Merangkul FYP?

4 Maret 2024   07:39 Diperbarui: 4 Maret 2024   07:45 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa tahu dan menguasai suatu bidang dirasakan oleh banyak anak-anak dan remaja. Tidak heran jika anak-anak saat ini lebih mengikuti perkembangan sosial dibandingkan orang dewasa. Karena orang-orang dewasa lebih menimbang sajian konten dengan kehidupan nyata serta prinsipnya. Tidak jarang juga komentar netizen yang pedas dan monohok itu pelakunya adalah anak-anak dan remaja. Banyak akun-akun palsu yang ternyata pelakunya bukan hanya orang dewasa yang ingin bebas berpendapat, namun juga anak-anak.

Ini adalah tugas yang berat bagi guru di setiap lembaga pendidikan terutama pendidikan formal. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengatur akhlak dan karakter anak-anak didiknya. Bukan hanya itu, anak-anak sekarang lebih bersahabat dengan internet. Maka tidak sedikit dari mereka yang lebih percaya internet, media sosial, dan film dari pada guru dan orang tuanya sendiri. Mereka membandingkan semuanya dan yakin akan pilihannya. Ini disebabkan karena trending yang diperkuat dengan komentar-komentarnya. Sehingga mereka merasa yakin dan percaya dengan konten-konten tersebut.

Contoh lainnya juga soal tren ibu Megawati dan PDI-P dihujat, ternyata anak-anak juga ikut terpengaruh. Mereka jadikan candaan di kalangan mereka sendiri. Soal teori flat earth juga mereka percayai adalah benar. Kebohongan NASA ke bulan mereka juga yakin itu juga benar.

Ternyata, hal-hal aneh menjadi hal menarik bagi anak-anak. Mereka lebih mudah percaya dengan hal praktis tersebut karena penyajiannya, bahasa yang digunakan penyedia konten mudah diterima oleh mereka. Lalu bagaimana dengan dunia pendidikan mereka masing-masing?

Sebagai guru memang sulit untuk bisa memantau puluhan bahkan ratusan anak-anak murid. Apa lagi jika mereka secara langsung terlihat berprestasi, baik, dan sopan. Namun nyatanya di media sosial berbeda. Bahkan mereka ternyata memiliki ideologi tersembunyi yang diyakininya.

Maka dari itu, sebagai guru memang benar harus menjadi pembelajar seumur hidup. Guru harus turut serta dalam perkembangan zaman. Tidak boleh guru ketinggalan zaman, karena guru akan dianggap manusia primitif dan tua dengan ideologinya. Menjadi guru harus berani mengarahkan mereka dengan cara ikut terjun dalam dunia anak, kemudian anak yang sudah di dalamnya dibimbing menuju kebenaran yang benar-benar sesuai.


Jangan biarkan anak-anak zaman sekarang menjadi santapan zaman. Mereka juga harus memiliki prinsip dan ideologi yang sehat. Apa lagi Indonesia merupakan negara Pancasila yang begitu agung. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima sila yang berprinsip dan mengajarkan kepada manusia yang luar biasa. Mari sama-sama setiap guru dan juga orang tua mengantarkan anak-anak kepada masa depan yang gemilang. Sudah saatnya bangsa Indonesia memiliki generasi unggul, bukan generasi prematur intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun