Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Zaman Edan

18 Desember 2021   12:00 Diperbarui: 18 Desember 2021   12:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image :babarusyda.blogspot.com

Bukan hanya itu saja, ketika kami mendapat raport dan salah satu masuk peringkat 3. Kami gembira bukan kepalang bahkan menjadikan sebagai guru privat untuk mengajari kami yang lemot ini. Tak ada iri atau perasaan tersaingi sedikit pun, atas keberhasilan salah satu dari kami. 

            Namun sekarang, kami seolah saling berlomba dengan ‘kesuksesan’sebagai garis finish. Pengukurannya materi serta pencapaian-pencapaian yang bisa dipandang dan dibanggakan. Bila salah satu lebih unggul, maka kami mengkompensasi diri dengan menghalalkan segala cara. Melelahkan dan menguras energi. Maafkan aku sahabat, bila aku mulai awal hengkang dari permainan ini. Mungkin kalian mengira aku pengecut, tak apalah karena aku punya garis finish sendiri.

               Ketika kami bertemu, konten pembicaraan selalu sama, pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan. Pencapaian, pencapaian dan pencapaian. Apakah tak ada pembicaraan seperti waktu kita kecil dulu, “apakah kamu sudah bisa caranya perkalian?” Rasanya seperti oase di padang gurun, yang mengajak untuk ‘yukk berjalan bersama-sama’. Bukan hanya aku, aku dan aku, namun semangat dan dukungan untuk berjuang bersama. Sajian kopi Robusta Vietnam paling enak dan termahal di café terbaik pun, tak mampu menggantikan nikmatnya persahabatan yang tak ternodai dengan ambisi.

Maafkan aku para sahabat, bila kemarin begitu idealis dengan ribuan kata-kata yang teruntai di telinga kalian. Bukan maksud mencederai tekad dan perjuangan kalian sebagai pemimpin. Aku tahu, Erickson akan mempunyai karier cemerlang dan mendapat banyak promosi. Sejak kecil, dia terkenal cerdas, pemberani dan mudah beradaptasi. 

Namun bila strategi yang digunakan bermuka dua, memanipulasi data dan bahan proyek untuk keuntungannya dan tim. Bahkan dengan bangga mengungkapkan, sang anak buah dengan senang hati mendukung semua kebijakan.

 Awalnya mungkin berhasil, namun apakah semua anak buah mendukung? Apakah dukungan mereka benar-benar tulus atau hanya bermuka dua karena mendapat keuntungan, namun bila tak mendapat keuntungan, tindakan apa yang akan dilakukan sang anak buah? 

Bukankah, ‘bangkai akan selalu tercium walaupun sudah disembunyikan rapat-rapat?’ Apa jadinya bila sang direksi tahu tindakannya? Aku tak mau sahabatku Erickson kehilangan pekerjaan dan reputasinya hancur, hanya demi kepuasaan sesaat.

                Hal yang juga membuatku meratap, sahabatku James. Sang pegawai pemerintahan dengan jabatan strategis di bidang sosial. Sosoknya dari kecil, sangat pemberani dan tangguh diantara kita bertiga, komunikatif, mudah berbaur dengan orang lain. Sifat itu, membuat dirinya banyak relasi dan kawan. Dengan gaya bicara kocak, namun memikat perhatian banyak atasan juga kolega, ibarat perayu ulunglah.

Banyak perusahaan, lembaga-lembaga, instalansi pemerintah maupun swasta dan publik umum, menjadi donatur serta bersedia bekerjasama membantu masyarakat dalam aksi-aksi sosial. Proposal dan konsep kegiatan patut diacungi jempol, namun dana yang tersalurkan hanya 60 %, sisanya dibagi oleh tim.

James berkeyakinan bahwa mereka sudah memperjuangkan dan memikirkan nasib rakyat yang kurang baik dengan segenap tenaga dan pikiran. “Jadi tak ada yang salah, ini hak kami,” begitu keyakinan dirinya. Aku tak sepakat dengan pemikirannya, itulah yang menyebabkan dia mengira aku sinis terhadapnya. 

              Sebagai pemimpin, ini kesempatan untuk menjadi role model bagi anak buahnya, kesempatan menabur banyak kebaikan bagi sesama. Ini ladang pahala ke sorga bukan malah merampas hak-hak yang teraniaya. Apakah dia tak sadar sedang memesan ticket ke neraka? Tak cukupkah gaji yang di dapat selama ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun