Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya

17 September 2021   06:00 Diperbarui: 17 September 2021   06:14 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image  kitabelajar.github.io

         Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Apakah pepatah ini masih relevan dalam kehidupan? 

Kisah Chann memberikan gambaran bahwa pendidikan pertama dan utama, yaitu keluarga sebagai dasar pondasi.


         Siang Ini, pak Robert berada di kantor Bimbingan Konseling. Beliau mendapat telepon dari sekolah atas tindakan putranya.

Chann merupakan anak cerdas, aktif, pemarah dan susah diatur. Ini bukan kali pertama pak Robert berada di sini.

"Selamat siang, pak Robert. Trimakasih, sudah menyempatkan waktu untuk datang. Sebenarnya, ada hal yang saya ingin bicarakan mengenai Chann," kata bu Intan terlihat serius.


"Iya bu, apa Chann buat onar lagi di sekolah," ucap pak Robert penasaran.


Bu Intan menawari minuman mineral dan kue yang terhidang di meja. Kemudian, pak Robert mengambil air mineral dalam kemasan dan meneguknya. Setelah pak Robert tenang, bu Intan melanjutkan pembicaraan.


"Siang tadi, Chann berkelahi dengan Roy. Permasalahan berawal dari bolpoint. Roy menganggap Chann mencuri bolpointnya saat ulangan bahasa Indonesia, karena Chann tidak pernah bilang meminjam. 

Saat Roy mencari bolpoint yang lain, karena yang dipakainya macet. Dia melihat bolpointnya dipakai Chann, dan Roy membutuhkan. Ketika diberitahu dan diminta Roy, Chann menyanggah. 

Sehingga terjadi keributan sampai perkelahian. Ternyata Chann tidak membawa alat tulis," ucap bu Intan menceritakan kejadian tadi.


Pak Robert terlihat diam dengan wajah merah. Kemudian bu Intan melanjutkan, "semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Kami dari pihak sekolah akan terus mengupayakan pendidikan, baik akademis maupun moral pada Chann. 

Namun kami tidak bisa sendirian, butuh kerjasama antara pihak sekolah dengan orangtua di rumah. Kami mohon dukungan dari pihak orangtua, untuk mengingatkan dan mengecek, apa yang menjadi kebutuhan untuk belajar mengajar sang buah hati. 

Serta membimbing dan mengarahkan Chann, agar bisa bekomunikasi dan bersikap terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.

 Chann sedikit demi sedikit, sudah menunjukkan perubahan. Semoga ke depannya, membawa perubahan dan hasil bagi Chann," ucap bu Intan menawarkan kerjasama untuk mendukung Chann.


"Baik bu. Kami sebagai orangtua akan terus belajar, untuk membimbing dan mendampingi Chann saat di rumah," kata pak Robert yang mulai menerima tindakan anaknya.


Bu Intan tersenyum sembari berkata, "Terimakasih pak untuk kerjasamanya. Kami dari pihak sekolah akan selalu memberikan kabar kepada orangtua terkait Chann.

Bila bapak dan ibu ada kendala terkait Chann, jangan segan untuk berdiskusi bersama kami" kata bu Intan kepada papanya Chann.


"Trimakasih banyak, sudah dibantu selama ini dan kami akan menjaga komunikasi dengan pihak sekolah.. Kalau begitu saya mohon pamit," kata pak Robert sambil menjabat tangan bu Intan.


           Lalu pak Robert menghampiri Chann yang duduk di luar. Diajaknya pulang. 

Mereka melaju menuju rumah. Dalam perjalanan semua hanya terdiam.

Image : id.lovepik.com
Image : id.lovepik.com

               Sesampai di rumah, terlihat sang mama gelisah menunggu.


"Chann, kamu tidak apa-apa?" sambil memeluk anak tunggalnya.


"Mama ini, terlalu memanjakan Chann. Sekarang lihat hasilnya," kata pak Robert sebel melihat istrinya, begitu menghawatirkan anak laki-lakinya. 

Kemudian pak Robert melanjutkan perkataan, "sekarang Chann duduk dan jelaskan perbuatan apa yang sudah kamu lakukan di sekolah?"


Awalnya Chann diam, lalu membuka mulutnya dan berkata, "Chann tidak mencuri, hanya mengambil bolpoint di meja Roy yang enggak kepake, daripada nganggur.

Kebetulan alat tulis Chann lupa ditaruh mana, jadi Chann pake. Trus Roy tahu bolpointnya dipake, lalu Chann di tuduh mencuri. Chann ya enggak terima dong. Akhirnya kami berebut dan berkelahi."

"Chann ... kamu itu malu-maluin papa saja. Cuma gara-gara bolpoint. Kamu kan bisa bilang ke papa. Di kantor papa banyak balpoint, mau model apa?" kata pak Robert pada anaknya.


"Bolpoint kantor? Itu kan punya kantor bukan punya papa. Berarti mencuri dong," kata Chann pada sang papa.


Pak Robert jengkel mendengar perkataan anaknya, "lhoo kok jadi papa yang disebut pencuri. Kamu kan tadi pakai bolpoint Roy tanpa minta ijin makanya dia marah. Dan waktu itu, Roy  lagi butuh karena bolpointnya macet."


"Iya sich, belum ijin. Cuma pakai sebentar buat ulangan, nanti dikembalikan. Dia kan bisa pakai alat tulis lain," kata Chann tidak mau disalahkan.

            Bu Deswita tertawa mendengar percakapan Chann dan suaminya. 

Kemudian berkata, "memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Chann mengambil ballpoint punya orang tanpa ijin, itu perbuatan buruk. 

Sama dengan papa, yang akan mengambil barang kantor walaupun kecil tanpa ijin, itu juga perbuatan buruk."


Pak Robert menunjukkan muka geram karena perkataan istrinya, "mama tidak seharusnya bilang begitu ke papa. Seperti mama benar sendiri saja."


Bu Deswita tak terima dan melayangkan kalimat pedas. Kemudian mereka ribut mempertahankan pendapat masing-masing.


"Aducchh. Ribut lagi, ribut lagi. Chann bosen, mama papa kerjaannya ribut melulu kalau di rumah. 

Kalau nggak gitu, papa lembur terus di kantor ndak pulang-pulang, lalu mama juga sok sibut kegiatan nggak jelas," katanya sambil menuju ke kamar dan membanting pintu.


Pak Robert dan bu Deswita terhenyak, akan sikap anaknya yang mulai protes. 

Ketika ego mereka sedikit mencair, lalu sepakat untuk melanjutkan pembicaraan mengenai keluarga mereka dan bagaimana mendidik Chann dengan kesibukan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun