Mohon tunggu...
Kristin Siahaan
Kristin Siahaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Observer, Theological Student'15

Mulai dan nikmati prosesNya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tentang Fokus: Tanda Orang Sukses?

1 April 2021   10:36 Diperbarui: 1 April 2021   14:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Banyak orang gagal dalam kehidupan bukan karena kurangnya kemampuan, pengetahuan, atau juga keberanian, hanya saja mereka tidak pernah mengatur energinya pada satu sasaran."

Elbert Hubbard

Seseorang ahli atau seorang penemu sebuah benda tidak berasal dari mereka yang fokus ke banyak bidang untuk digelutinya. Tetapi seorang yang ahli ialah mereka yang berhasil punya fokus pada satu keahlian yang mereka milikinya. Hari ini founder kopi kenangan, Edward Tirtanata telah menjadi sukses oleh karena belajar dari kegagalan dan fokus pada satu tujuan. Selain itu, Merry Riana, motivator ternama, ia berhasil menginspirasi banyak orang karena fokus satu bidang yaitu menjadi seorang motivator bukan menjadi seorang chef. 

Atau juga seorang yang sedang mengambil magister, misalnya teologi Perjanjian Lama. Alasannya mengambil jurusan tersebut pasti ingin menjadi ahli di bidang tersebut. Menurut pengamatan penulis, inilah yang menjadi alasan tiap universitas tidak memungkinkan seseorang mengambil dua bidang sekaligus dalam mengambil studi lanjut di semester yang sedang berlangsung. Dan karena itu pula, hidup ini kembali lagi diperhadapkan pada sebuah "pilihan"

Mulai dari hal kecil kita ditawarkan pada sebuah pilihan. Pilihan untuk melalui jalan yang mana untuk sukses. Untuk itu, diperlukan sebuah mind map untuk menghindari sebuah kesesatan dalam mencapai finish. Boleh saja, seseorang memiliki mimpi menjadi hebat atau sukses di banyak bidang, tetapi untuk menjadi expert  di waktu yang sama itu mungkin menjadi suatu kemustahilan.

Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang mungkin membantu supaya kita memiliki fokus pada satu kesuksesan, antara lain:

     1. Apakah saya mampu melakukan semuanya sekaligus?

Perhatikan seluruh aspek dalam hidupmu, apakah kondisi fisik kita mampu mengerjakannya? Hal ini perlu ditanyakan bukan untuk mengasihani diri sendiri, tetapi justru yang paling mengerti kita adalah diri sendiri dan menurut pepatah cina pelatih terbaik adalah diri kita sendiri.

    2. Tanyakan pada diri, apakah mau expert/ ahli di satu bidang atau hanya hidup yang memenuhi standar (biasa-biasa saja)?

Hal ini perlu dipertimbangkan karena sekali lagi, sesungguhnya tokoh dunia yang menemukan sebuah benda dan kita nikmati kemudahannya hari ini ialah mereka yang memilih untuk expert di satu bidang saja. Contoh: Thomas Alva Edison (penemu lampu), kemudian Bapak Menteri Pendidikan Indonesia, Bapak Nadiem Makarim (pendiri gojek Indonesia).

Melalui pertimbangan tersebut, semoga membuka cakrawala pikiran kita bersama. Kendati demikian, ketika seseorang menjadi hebat dan berhasil dalam satu bidang, ada satu kunci berikutnya yang tidak boleh diabaikan. Jangan menutup pengetahuan atau ilmu baru di luar bidang yang kita fokuskan karena hidup ini pada hakekatnya adalah untuk belajar.

Sama halnya dengan berkendaraan, di sisi kanan dan kiri jalan harus diperhatikan untuk memastikan perjalanan kita aman dan benar. Jika kita hanya memandang ke depan tanpa memperhatikan sisi kanan dan kiri sulit mengukur jarak tempuh yang sudah kita lewati sepanjang menempuh tujuan. Fokuskan pada satu tujuan karena orang yang mendua hati sesungguhnya tidak akan tenang dalam hidupnya. Dan lagi pula, ketika ada dua atau lebih fokus kita, bukankah itu adalah pekerjaan yang cukup melelahkan? kalau bahasa anak mudanya "pusing pala berbi" pusing menentukan mana yang lebih dulu akan dikerjakan. He he

So, it's so time to stay focus to one object and maximaze your energy to get your destination. Jadi jika kembali ke judul tulisan ini, tentang fokus: apakah tanda dukses? Jawabannya yes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun