Orang-orang seperti ini akan menunjukkan kebahagiaannya yang besar atas bergabungnya seseorang ke dalam iman yang sama yang dianutnya. Ibarat keluarga yang bersuka cita menerima kembali sang “anak hilang”.
III) Apatis
Menurut saya ini yang paling unik.
Mereka tahu kalau mereka tidak peduli dan nggak ngurus si X masuk agama apa. Bagi mereka, itu adalah perkara yang sangat pribadi. Mereka cuek terhadap pilihan orang itu. Harusnya mereka tidak angkat suara sama sekali. Tapi, mereka memilih untuk menyatakan kecuekan mereka di media sosial. Saya tergolong kelompok ketiga ini. Saya memilih bersuara karena saya sudah muak dengan rasa permusuhan yang sudah tersebar di komentar-komentar akun sosial media tertentu.
Dampak pemberitaan
Dampaknya ada dua: kebencian dan popularitas.
Rasa kebencian bisa timbul terhadap orang yang meninggalkan imannya, atau terhadap umat agama lain. Nah, inilah anehnya. Orang lain yang pindah keyakinan, kita yang kelahi.
Saya belum menemukan apa efek positif pemberitaan macam ini terhadap stabilitas maupun pembangunan untuk konteks Indonesia.
Selain yang bersangkutan akan menjadi populer karena diberitakan (dan mungkin dimaki di mana-mana), pihak media juga akan diuntungkan. Traffic kunjungan portal berita pasti meningkat dan harga jualnya akan meningkat.
Saran
Indonesia hingga tahun 2015 ini (hampir tujuh puluh tahun kemerdekaan) terbukti masih rawan konflik kekerasan. Bahkan pada bulan ini, saudara-saudara Ahmadi kita sempat diganggu organisasi masyarakat tertentu pada saat akan beribadah. Selain itu, penanganan konflik yang terjadi di beberapa daerah belum menunjukkan hasil yang baik.