Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Politik Invitation ala Jokowi

30 Oktober 2023   16:48 Diperbarui: 31 Oktober 2023   15:13 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketiga Capres diundang makan siang oleh Presiden Joko Widodo di Istana Presiden. Sumber: Dok.Sekretariat Presiden via kompas.com

Duduk berdampingan dengan ketiga calon presiden (capres), Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupaya meredam iklim politik yang cukup gerah akhir-akhir ini. Di ruangan makan tanpa sekat, capres Prabowo Subianto duduk di sebelah kiri (lebih dekat) Jokowi, Ganjar Pranowo di sebelah kanan sedikit memberi jarak dengan Jokowi, sedangkan capres Anies Baswedan duduk berhadap-hadapan dengan Jokowi. Cara mengambil posisi duduk mungkin hanya kebetulan. Tetapi, jika direfleksikan, dua sayap yang selama ini merebut "approval rating" Jokowi duduk berhadap-hadapan, sedangkan capres perubahan menjadi penantang utama Jokowi.

Dalam keterangan singkat Waketum Partai NasDem Ahmad Ali, peristiwa undangan Jokowi kepada ketiga capres adalah bentuk dukungan Presiden kepada para calon. Artinya, dengan undangan ini, tensi politik publik soal cawe-cawe sedikit berkurang. Pembacaan Ahmad Ali tentu merupakan reaksi spontan, mengingat selama ini Jokowi selalu dicibir karena isu cawe-cawe dan politik dinasti yang menghampirinya. Menariknya, semua capres yang diundang ke Istana Kepresidenan memenuhi undangan. Tak ada yang alpa atau sengaja berhalangan. Undangan kali ini berlaku untuk semua dan dihadiri semua. Jadi, tak ada yang salah paham.

Politik "Invitation"

Undangan Presiden Jokowi untuk ketiga capres dengan kemasan makan siang, hemat saya merupakan bagian dari "politic of invitation." Politik "invitation" biasanya menargetkan tamu-tamu tertentu yang telah dibidik dalam radar kepentingan. Undangan ini sejatinya tidak dilakukan secara tiba-tiba, tetapi sudah masuk dalam kolom agenda. Artinya, ada kesepakan tertentu yang telah dibuat secara kolektif antara yang mengundang dan diundang. Jokowi sebagai tuan rumah sekaligus orang yang menyebar undangan, sudah pasti memiliki agenda tertentu yang harus dibahas. Di balik undangan, ada pesan yang menunggu untuk dibahas.

Dalam bukunya berjudul Of Hospitality (1997), Jacques Derrida seorang filsuf Prancis menunjukkan bagaimana kekuatan kata undangan memengaruhi sirkulasi relasi. Undangan memberi kemungkinan akan datangnya sesuatu yang tidak diinginkan. Sesuatu yang tidak diinginkan ini atau sering disebut liyan, justru mampu membuka struktur berpikir pihak yang mengundang. Artinya, "invitation" memungkinkan narasi kecil diterima dan didengar secara menyeluruh. Hal ini bisa saja terjadi dengan kisah undangan Jokowi kepada ketiga capres. Pesan yang hendak dibangun kemungkinan besar untuk melihat sekaligus menyimak lebih dekat karakter masing-masing capres yang akan maju ke kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Presiden undang 3 bakal capres ke istana. Foto: https://nasional.kontan.co.id
Presiden undang 3 bakal capres ke istana. Foto: https://nasional.kontan.co.id

Selama ini, Jokowi mungkin hanya memanggil Prabowo atau Ganjar ke Istana. Dua capres ini tentu dilihat publik sebagai tokoh yang memiliki kedekatan secara politis (Ganjar-PDI-P) dan institusional  (Prabowo-Menteri Jokowi) dengan Presiden Joko Widodo. Selain memiliki kedekatan secara politis, Ganjar dan Prabowo juga memiliki slogan yang sama dalam kontestasi Pilpres 2024, yakni berebut kata "tegak lurus dengan Jokowi." 

Dua tokoh ini tentu sudah biasa dan tak perlu terlalu jauh untuk dibahas. Tokoh baru yang diundang dan perlu mendapat perhatian ekstra, menurut saya adalah Anies Baswedan. Karakter Anies yang jauh dari pemerintahan, hari ini justru duduk semeja lebih dekat, bisa menyimak dan disimak, dan mau hadir dalam undangan. Peristiwa ini tentu bukan kebetulan. Tamu baru (Anies Baswedan) diharapkan lebih banyak berbicara agar mudah dipahami. Kita tidak tahu apakah yang dibangun di ruang makan hanya sekadar memenuhi ikhtiar orang Jawa Kuno "mangan ora mangan sing penting kumpul" atau ada pesan yang hendak dititip.  

Isi pembicaraan mungkin tak jauh dai pesan hangat agar tak saling sikut saat adu gagasan. Mungkin. Akan tetapi, politik undangan (invitation) pada dasarnya bertujuan untuk mengklarifikasi atau menjernihkan apa yang selama ini menjadi percakapan lepas di ruang publik. Tema percakapan lepas ini bisa berupa isu tiga periode, cawe-cawe Pilpres, dan dinasti politik. Jokowi merasa bahwa semua tema percakapan publik sudah masuk ke laboratorium berpikir masing-masing capres. 

Dengan kata lain, para capres dalam waktu dekat akan digiring ke pertanyaan-pertanyaan yang memancing konflik politis. Politik undangan ini juga hendak memberikan pesan bahwa yang diundang (ketiga capres) akhirnya memiliki persepsi baru terkait Presiden Jokowi sebagai tuan rumah yang mengundang. Persepsi baru itu bisa berupa klaim Jokowi tidak haus kekuasaan, tidak cawe-cawe, dan jauh dari dinasti politik.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun