Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhir Cerita Petualangan Intelektual di Medan

3 November 2021   10:20 Diperbarui: 3 November 2021   10:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari atas awan. Foto. Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Selesai sudah kegiatan studi banding pendalaman, pendampingan, dan pelatihan kegiatan sosial di Pulau Sumatera. Meski tak lama, unsur-unsur yang membentuk karakter sosial di Medan, Samosir, Pekan Baru, Jambi, dan Riau membantu saya untuk memahami bagaimana budaya membentuk karakter setiap individu.

Tanggal 2 November 2021 adalah hari terakhir di Sumatera Utara. Saya harus balik ke lokasi studi dimana masa depan itu siap dipersentasikan di depan tiga penguji. Saya menggotong bahan-bahan, materi, sekaligus bahan baku komunikasi. 

Selama di Binjai dan Berastagi, suasana baru menggelinding seluruh ingatan. Sedangkan di Samosir, destinasi super prioritas yang dibujuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), kreasi dan mimpi desain wisata dialami secara langsung.

Cuaca langit Sumatera. Foto: Dok Pribadi Kristianto Naku.
Cuaca langit Sumatera. Foto: Dok Pribadi Kristianto Naku.

Di Pekanbaru, Jambi, Riau, kehidupan lebih menantang lagi. Suasana baru mengontrol ide dan perilaku seseorang. Memang, dengan mekanisme kampus merdeka dan merdeka belajar, para peserta didik bebas mengadopsi jenis pendidikan. Dengan mekanisme kuliah online juga, saya tidak harus mengeluarkan biaya dan tenaga untuk mengikuti perkuliahan di mana saya mengenyam pendidikan.

Hari ini, saya bisa menyentuh Jogja untuk sekian kalinya. Di sini saya dibesarkan secara akademis. Jogja sudah memberi saya nutrisi akademis ketika saya hijrah dari bangku Sekolah Menengah Pertama (SMA). 

Kelola bahan baku untuk kegiatan akademis, saya peroleh secara mudah. Toko buku menjamur di mana-mana. Di sinilah berkas-berkas studi itu dilegalisir untuk memulai sebuah karya.

Di beberapa Perguruan Tinggi, seperti Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (UNIMED), Universitas HKBP Nommensen, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Universitas Darma Agung, Universitas Methodist Indonesia, atau Universitas Katolik St. Thomas Medan (Unika St. Thomas), kultur akademis masih sigap berperang. Saya mengunjungi beberapa universitas ini dalam kerangka pengendapan unsur akademis.

Apa yang saya dapat di ruang kuliah perlu dikelola dan diterapkan dalam mekanisme struktur sosial. Saat ini, jika kekuatan akademis hanya berhenti di ruang perpus kampus atau di batas-batas pagar kampus, karakter akademis itu akan sia-sia.

Dari jejelah akademis ini, saya pun membuat satu observasi terkait mahasiswa inspiratif yang mampu menciptakan kurikulum sendiri. Kurikulum yang diciptakan sendiri adalah bentuk observasi sosial dari hasil studi mandiri seorang mahasiswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun