Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Simone Weil: Profesor Prancis yang Mogok Makan Sampai Mati

20 November 2020   16:04 Diperbarui: 20 November 2020   16:13 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengalaman sebagai pekerja pabrik dan keterlibatannya yang singkat dalam Perang Saudara di Spanyol membuat ia berefleksi secara mendalam mengenai agama. Pada tahun 1937 dan 1938, kehidupan Weil berbalik secara dramatis. Pengalaman keterlibatan dengan situasi pekerja pabrik dan berjuang dalam perang membuatnya terbuka terhadap beberapa perjumpaan spiritual yang mendalam dengan Kristianitas.

Weil adalah seorang pemikir yang berwatak keras. Ia prinsipil dengan segala komitmen hidup yang ia janjikan dalam hidupnya. Hal ini nampak dalam ringkasan mengenai kehidupannya dengan awam Katolik yang saleh, Gustave Thibon, seorang petani anggur di St. Marcel d'Ardeche di tepi sungai Rhone. Weil bekerja untuknya selama musim panen anggur. Meskipun Thibon menawarinya akomodasi di rumahnya, Weil bersikeras untuk tinggal di suatu penginapan bobrok di dekatnya.

Kecendrungan gaya hidup asketis selalu menjadi salah satu sifat Weil. Selama ia berada di Marseilles, kecendrungan ini berubah menjadi suatu obsesi. Seorang teman baru, seorang dokter kapal bernama Bercher khawatir akan hal itu. Ia pun memberitahu Pastor Perrin bahwa bagi Weil, makan merupakan hal yang hina dan menjijikkan. Weil tersentuh dengan pengalaman seorang biarawati Benediktin -- saudari Pastor Perrin -- yang tidak makan dalam jangka waktu yang lama, dan hanya menyantap ekaristi. Pengalaman ini membuatnya mogok makan sebagai bentuk sumbangannya akan mereka yang kelaparan di kamp penjara Nazi.

Setelah dua tahun, tetapi terasa seperti seumur hidup, keluarga Weil diberi izin meninggalkan Prancis. Masa di Prancis Vichy telah menjadi sangat produktif bagi Weil, di mana antara 1940 -- 1942, Weil telah menulis banyak karangan diantaranya Intimations of Christiantiy among the Ancient Greeks, Gravity and Grace, dan telah menulis dengan lengkap menggenai Languedoc, sastra dan agamanya. 

Sebelum keberangkatannya menuju New York Amerika Serikat, ia memberikan catatan-catatannya kepada Gustave Thibon, dan Spiritual Autobographynya kepada Pastor Perrin. Dalam perjalanan menuju pelabuhan, Weil merasa terharu dan simpati terhadap praktik-praktik religius orang Yahudi di salah satu kamp tahanan.

Tanggal 6 Juli 1942, Weil dan keluarganya tiba di New York, Amerika. Di New York, Weil terus 'menggangu' pastor setempat mengenai dialog batinnya sehubungan dengan pembaptisan, dan menulis surat kepada seorang pastor -- dalam Gateway of God -- yang berisi apa yang telah diberitahukannya sebelumnya dengan Pastor Perrin tentang keraguannya. 

Semangat Weil untuk menumpas kejahatan dan ketidakadilan di Eropa tetap menggelora. Bahkan di New York, ia bersama temannya, Somone Deitz, berusaha untuk membangun sebuah misi terbilang ekstrim, yakni ikut bergabung dalam angkatan kemerdekaan Prancis. Keduanya berusaha agar mereka mendapat izin ke London. Dan akhirnya diberi kesempatan ke London.

Di London, Weil merasa kesulitan untuk mnghampiri kamp pengungsian. Hal ini diakibatkan oleh hubungan purba Weil dengan komunis. Akan tetapi, Weil selalu mendapat kesempatan untuk meloloskan prospeknya. 

Berkat kejeniusannya sewaktu menjadi mahasiswa, ia pun kemudian dapat berjumpa dengan sahabat lamanya, Murice Schumann -- yang kemudian menjadi Mentri Luar Negeri pemerintahan de Gaulle. Murice kemudian menempatkan Weil pada posisi yang strategis, yakni pada jajaran mereka yang bekerja untuk kemerdekaan Prancis. Weil diizinkan tinggal di Holland Park, London Barat, dengan seorang janda dan dua anaknya. 

Weil begitu menikmati budaya Inggris. Namun, ia tidak pernah jatuh pada pengaruh untuk bersenang-senang. Weil sealalu fokus pada komitmen yang dibangunnya. Di London, Weil tidak pernah beristirahat. Di sana ia melanjutkan studi teologinya, dan tidur beberapa jam tiap malam. Orang-orang di sekitarnya khawatir akan keadaan Weil, namun ia menjawab bahwa ia tidak dapat makan selagi mereka yang berada di Prancis pendudukan mati kelaparan.

Schumann mengusahakan pekerjaan bagi Weil di Kementrian Dalam Negeri Pemerintahan sementara di Komisariat untuk Prancis.  Di sana, atasannya, Calson, memberinya pekejaan untuk melaporkan seluruh dokumen yang datang dari Prancis yang berhubungan dengan politik. Weil bertugas meringkas laporan yang diberikan kelompok-kelompok perlawanan mengenai bentuk politik Prancis setelah perang. Ia cocok untuk tugas itu, akan tetapi hatinya tidak menghendakinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun