Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bidik Ahok

22 Oktober 2020   06:07 Diperbarui: 22 Oktober 2020   06:36 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Akhir-akhir ini, Ahok disenter termometer kritik. Termometer ini dibidik ke arah Ahok lantaran info total kerugian PT Pertamina membuncah hingga Rp 11,13 triliun. 

Ahok pun menui kritik, terutama dari para "haters." Ungkapan kekecewaan muncul seiring informasi total kerugian PT Pertamina dipajang di berbagai portal medsos. Tak ada kata ampun untuk mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Selain soal kerugian PT Pertamina, Ahok dibidik lantaran bicara blak-blakan mengenai aib Pertamina. Ahok pun kian diburu.

Upaya "memburu" Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok rupanya tak pernah berhenti sampai di Mako Brimob. Semenjak Ahok ditetapkan sebagai Komisaris Utama PT Pertamina Indonesia, banyak komentar "nyinyir" berseliweran di media sosial (medsos). Katanya: "Kenapa harus Ahok?" "Apakah Pertamina bisa maju di tangan Ahok?" Lantas Ahok, kala itu, menjawab: "Merem saja, Pertamina sudah untung. Asalkan diawasi."

Kali ini, kritikan pun datang dari Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Industri dan Pembangunan, Mulyatno. Menurut Mulyatno, selama Ahok menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina Indonesia, nyaris tidak ada prestasi yang layak dibanggakan. Buset! 

"Pekan lalu, kita mendengar kabar bahwa Pertamina tidak masuk daftar 'Fortune Global 500.' Sekarang, yang terbaru, Pertamina rugi Rp 11,13 triliun pada semester I tahun 2020," kata Mulyatno, seperti dikutip Kompas.Com, Rabu (26/8/2020).

Sepertinya, PT Pertamina hanya milik saudara Ahok. Tubuh PT Pertamina diserang habis, tetapi ironisnya, sasaran bidikannya adalah pribadi seseorang. 


Saya mengerti bahwa Ahok mengepalai Perusahaan Pelat Merah tersebut. Akan tetapi, kenapa pribadi Ahok yang diserang? Skala evaluasi kinerja, hemat saya, tidak bisa diukur dengan waktu kerja sejengkal. Kita tahu, tidak hanya PT Pertamina yang merugi di tengah pandemi Covid-19 ini. Ada begitu banyak perusahaan lain yang juga rugi dan bahkan bangkrut gara-gara pandemi.

Tentunya, raga pertamina sejatinya tak hanya ditakar dari kinerja seorang Ahok. Jika diseret lebih ke dalam -- menelisik ruang gerak Perusahaan Pelat Merah ini -- faktor interen korporasi tentunya tak cukup memberi jawaban memadai soal kerugiaan yang dialami. 

Pada periode sebelumnya, kesemerawutan sistem kerja PT Pertamina memang ditengarai oleh lemahnya sistem pengawasan. Banyak hal yang perlu dicleaning. Banyak oknum tak bertanggung jawab justru menunggangi Pertamina untuk kebutuhan pribadi dan kelompok. Ini file lama Pertamina yang perlu dibongkar dengan "membanderol" sosok Ahok.

Belum lama bekerja, perusahaan yang dikepalai Ahok dilanda badai pandemi Covid-19. Tentunya tak hanya Ahok. Seluruh aset negara dan bangsa ini, bahkan disedot habis untuk menangkal korona. Ruang gerak PT Pertamina dengan kata lain juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. 

Dalam hal ini, sumber stamina PT Pertamina bergantung pada ekonomi dunia. Dan dalam hal ini, dinamika impor-ekspor ikut masuk dalam neraca evaluasi kerugian yang dialami Pertamina. Harga minyak, kebijakan ekspor-impor, kurs mata uang, dan konsumsi bahan bakar adalah faktor-faktor yang juga diperhitungkan dalam mengevaluasi kerugian Pertamina.

Ketika Ahok digadang-gadang menjadi Komisaris Utama PT Pertamina, musuh besar yang perlu dibasmi saat itu adalah transparansi. Ada begitu banyak orang di dalam tubuh Pertamina yang "bermain kucing-kucingan." Banyak mafia, maka perlu bersih-bersih. Oleh karena itu, penempatan orang-orang tertentu, menurut Menteri BUMN Erick Thohir, menjadi salah satu langkah bagaimana merampingkan dan mengembalikan postur Pertamina sesuai dengan visi dan misinya.

Jadi, hemat saya tak cukup menyerang pribadi seseorang di tengah pandemi Covid-19 ini. Presiden Joko Widodo, hemat saya, juga kadang digiring ke "grup ngerumpi-nyinyir" ketika berhadapan dengan upaya penanggulangan wabah Covid-19. 

Apa yang kita lupa dalam hal ini adalah soal sinergi -- bahu-membahu mencari cara bagaimana mengatasi musuh besar tahun ini, yakni pandemi Covid-19. Periode ini, tahun 2020, adalah periode khusus untuk masing-masing negara untuk berbenah diri. Bukan saling menyalahkan atau sibuk mengkambinghitamkan seseorang.

Ketika negara-negara lain berjuang menemukan vaksin untuk menangkal virus korona, kita justru saling sikut. Kita sejatinya tengah melawan musuh berbahaya dan tak pasti. Berbahaya karena hampir setiap negara kewalahan menghadapinya; tidak pasti karena musuh ini kasat mata dan tak tahu kapan berakhir. Maka, mulailah denga kerja sama dan saling mendukung dalam upaya memerangi pandemi Covid-19 ini. Jika tidak, kita akan dininabobo oleh debat yang tak berujung bukti.

Selanjutnya, kita akan tetap mendengar penjelasan Ahok soal kerugian yang dialami PT Pertamina. Penjelasan langsung dari Ahok tentunya membuka cakrawala kita soal kinerja Perusahaan Pelat Merah itu di tengah pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun