Mohon tunggu...
Krisnasmep
Krisnasmep Mohon Tunggu... Guru dan Penulis

Tindakan kecil yang konsisten membawa perubahan besar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sistem Diam-Diam Menentukan Arah Hidupmu

24 Mei 2025   20:32 Diperbarui: 24 Mei 2025   20:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beban berat gara-gara sistem

Bagi yang mampu, sekolah hanyalah awal dari segala kemungkinan. Mereka punya guru-guru terbaik, ruang kelas ber-AC, laboratorium lengkap, bahkan les privat di luar jam sekolah. Pendidikan mereka bukan cuma soal kurikulum, tapi soal jaringan sosial, pembentukan kepercayaan diri, dan akses tak terbatas terhadap dunia. Persetan dengan sistem zonasi, toh sudah jadi rahasia umum jika kualitas tiap sekolahan memang berbeda.

Sementara di sisi lain anda, saya, bahkan orang lain belajar di sekolah negeri yang ruang kelasnya bocor saat hujan. Satu guru menangani empat puluh lebih murid lebih. Buku pelajaran warisan tahun-tahun sebelumnya. Proyektor tak pernah hidup, dan koneksi internet? Kadang-kadang pun tidak ada.

Semuanya dituntut untuk ikut kurikulum yang sama.

Yang lebih menyakitkan lagi: Pemerintah sering hanya melirik kota-kota besar sebagai tolok ukur. Kebijakan pendidikan dirancang seolah semua daerah memiliki sarana dan prasarana yang sama. Kurikulum terus diperbarui, metode diajarkan lewat seminar megah, tapi di lapangan, banyak guru bahkan masih kesulitan mengakses pelatihan, apalagi menerapkan standar baru.

Faktanya, tidak semua kota besar itu setara. Dan kota-kota kecil di pinggiran sering kali tidak terjamah perhatian. Sekolah-sekolah mereka masih tertinggal, tapi kebijakan pusat tetap menuntut hasil yang sama.

Pendidikan menjadi sistem yang adil... hanya jika kamu berasal dari tempat yang dianggap cukup pantas untuk dilayani dengan adil.

Maka lahirlah generasi yang lelah---bukan karena malas, tapi karena sistem membuatnya terus berlari, sementara orang lain naik mobil. Anda disuruh bersaing. Tapi tak pernah diberi alat yang sama.

Dan yang paling menyakitkan? Adalah ketika anda mulai percaya bahwa anda memang tidak cukup pintar. Bahwa anda memang kalah.

Padahal anda hanya sedang bermain dalam permainan yang aturannya tidak pernah berpihak.

Lalu setelah sekolah... apa?

Setelah 13 tahun wajib belajar dan mungkin lebih jika anda melanjutkan kuliah, pertanyaannya berubah. Dari "nilai rapormu berapa?" menjadi "kerja apa sekarang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun