Mohon tunggu...
Lia Melankolia
Lia Melankolia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tulis, tulis, dan tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Panjang Wanita dalam Perayaan Hari Ibu

22 Desember 2022   07:15 Diperbarui: 22 Desember 2022   07:18 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/Kelvin Agustinus

Sebelum mengenal emansipasi, wanita tidak memiliki akses terhadap bangku pemerintah, apalagi bangku pendidikan sebagai hak dasar.

www.gramedia.com/
www.gramedia.com/

Dikatakan dalam novel bumi manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang legendaris itu, ibu kita Kartini putri sejati merupakan pelopor wanita pertama dari kalangan bangsawan.

Ia mengharuskan wanita untuk mengenyam pendidikan yang sama layaknya kaum laki-laki. Karena ibu adalah pendidik pertama anak-anaknya, perilakunya yang pertama dicontoh anak-anaknya.

Sebetulnya surat yang ia kirimkan kepada temannya di Belanda, Estella dan Rosa Abendanon adalah kemarahan sekaligus kekecewaan yang amat dalam, karena sistem feodalisme yang selalu menjadikan perempuan sebagai individu nomer dua.

https://www.kompas.com/
https://www.kompas.com/

Seperti dikutip dari laman detiknews, pada 22-26 Desember tahun 1928 Kongres Perempuan pertama kali dilakukan, dihadiri oleh 30 perwakilan organisasi perempuan. Bertempat di pendopo Dalem Djajadipoeran, Yogyakarta, inisiatif pelaksanaan kongres berasal dari 3 orang wanita yaitu:

  • Nyonya Soekonto dari Wanita Oetomo
  • Nyi Hadjar Dewantara dari Taman Siswa
  • Nona Soejatin dari Poetri Indonesia.

Tiga tuntutan berhasil didapatkan dalam Kongres untuk pemerintah kolonial yaitu:

  •  Jumlah sekolah untuk perempuan harus ditingkatkan.
  • Perlu penjelasan resmi tentang arti taklik  (janji perkawinan) yang diberikan kepada calon mempelai perempuan pada saat akad nikah. 
  • Perlu dibuat peraturan yang menolong para janda serta anak yatim piatu dan pegawai sipil.

Kongres ini dilakukan dua bulan setelah Kongres Pemuda Kedua. Organisasi perempuan dan organisasi pemuda, kala itu saling mendukung kemajuan bumiputera. Yang kala itu, di masa pemerintahan kolonial masyarakat bumiputera merupakan masyarakat kelas bawah, tidak seperti orang Eropa yang selalu dispesialkan. 

Peringatan Hari Ibu ditetapkan berdasarkan kongres yang dilaksanakan oleh organisasi perempuan tersebut. Pada tanggal 22 Desember melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Yang Bukan Hari libur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun