Kopi adalah salah satu minuman favorit saya dan banyak orang lain di luar sana. Sudah banyak ragam kopi yang saya nikmati dan rasakan. Mulai dari kopi dengan racikan yang sederhana sampai dengan racikan mewah, dari harga yang relatif murah hingga harga yang relatif mahal.
Sebagai  penikmat kopi, saya sulit untuk melewatkan cita rasa yang memang menggugah hati untuk meminumnya. Dalam beberapa pengalaman, jika belum minum kopi sekali dalam sehari, rasanya ada yang hilang. Bahkan, tidak jarang kepala bisa merasa sakit jika belum minum kopi walau hanya sedikit.
Menemukan kopi dengan ragam sajian dan rasa tidaklah sulit. Di tempat-tempat tongkrongan seperti cafe, warung atau sejenisnya, kopi pasti tersedia.
Sebelumnya, kopi hanyalah minuman biasa, teman saat susah dan senang. Kopi tidak jarang menginspirasi penikmatnya dan teman dalam kesepian. Memilih kopi dengan rasa yang cocok dan tepat juga tidak mudah. Dahulu, kopi dikenal sebagai minuman biasa. Penikmatnya juga terbatas, umumnya laki-laki.Â
Seiring dunia semakin modern, varian kopi semakin bervariasi. Di cafe-cafe, pemesanannya pun lebih kompleks, daring atau on the spot. Sajian dan kemasannya pun lebih menarik. Meskipun demikian, tampilan bungkus kopi tidak selalu menjamin isinya, yaitu kopi memiliki rasa yang nikmat.
Di banyak penjual kopi keliling, banyak sekali merek kopi dalam kemasan sachet dengan berbagai jenis sajian kopi. Ada yang diracik dengan gula, cream, madu, jahe, dan lain-lain.
Dari sekian banyak jenis kopi dalam sachet itu, ada satu merk yang memiliki cita rasa nikmat. Cukup lama bagi saya menemukan kembali kopi ini karena di tempat saya sebelumnya, sulit menemukan kopi sachet ini. Tidak terlalu sulit mencari kopi sachet ini. Kopi ini bisa ditemukan di warung-warung meski tidak semua warung menjualnya.
Ciri-ciri kopi sachet ini mudah diingat. Kemasan kecil berwarna coklat dan memiliki gambar naga dan bulan. Saya biasa menaruh 1-2 bungkus di talam tas saya sebagai persediaan.
Isinya sederhana , hanya kopi yang dipadu dengan gula. Jika diseduh, masih memiliki ampas  atau sisa karena teksturnya masih agak kasar. Orang menyebutnya "kopi tubruk".
Dibanding kopi lainnya, kopi sachet ini lebih nikmat menurut lidah saya. Rasa nikmat pada kopi ini bisa didapatkan melalui proses penyajian yang tepat. Mengapa? Karena penyajian yang tidak tepat bisa membuat rasanya kurang atau tidak nikmat.
Pada awalnya, saya biasa menyajikan kopi ini menggunakan air dari dispenser yang notabene panasnya konon hanya 80C.
Ketika diseduh dalam suhu kurang dari 100< aromanya dipastikan kurang nikmat. Ketika diminum, rasanya tidak begitu enak.
Akhirnya saya pun membuangnya.Â
Akhirnya, pengetahuan menyajikan kopi sachet ini  saya dapatka ketika berkunjung ke rumah ibu. Ketika saya ditawari kopi oleh ibu,  Saya teringat dengan persediaan kopi sachet di dalam tas saya. Ketika Ibu saya memasukkan kopi sachet saya ke dalam air putih yang sedang mendidih, wanginya mulai menggugah hidup.Â
Sekitar 2-3 menit kemudian, kopi itu segera dituang ke dalam cangkir. Wanginya sedap. Ternyata, kopi yang nikmat bisa didapatkan dengan cara penyajian yang tepat. Buat saya, ini pengetahuan penting. Tidak semua kopi sachet diperlakukan sama. Ada kopi yang cukup diseduh air panas biasa saja sudah memberikan rasa yang enak.
Nah, pembaca, dari sekian banyak kopi sachet lokal, mana yang jadi andalanmu setiap hari? Apakah karena rasanya, harganya, atau kenangan di balik setiap tegukan? Mungkin kamu bisa memberi rekomendasi kopi sachet lokal di daerah tertentu yang Anda kenal. Rasanya kita perlu mencoba.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI