Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Teacher St Bellarminus-Jakarta, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bikin Sebal! Ini Kebiasaan Negatif Penumpang Transportasi Umum, Tidak Ditiru

25 September 2025   09:13 Diperbarui: 25 September 2025   09:13 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penumpang. (Sumber: https://liranews.com/mulai-hari-ini-krl-tak-akan-berhenti-di-stasiun-tanah-abang/)

Menggunakan transportasi umum sudah menjadi rutinitas saya sehari-hari. Begitu juga dengan banyak orang di luar sana. Ketika menggunakan transportasi umum, saya dan banyak orang merasakan banyak manfaat. 

Sebagai pengguna jasa transportasi umum, sebenarnya masyarakat dimudahkan dalam banyak hal. Bagi saya pribadi, menggunakan kereta Commuter Line sebagai sarana perjalanan memastikan waktu tempuh yang lebih singkat, tepat, dan murah. 

Meski perilaku penumpang transportasi umum sudah mengalami banyak kemajuan positif, tetapi dalam beberapa kesempatan, saya masih merasa masih ada keprihatinan serius terhadap perilaku masyarakat ini. Saat menggunakan sarana transportasi publik, ada banyak yang memiliki kebiasaan positif, tetapi tidak sedikit juga yang memiliki kebiasaan negatif

Kebiasaan negatif pengguna transportasi publik kadang memang cukup mengganggu kenyamanan bersama. Umumnya, masih ditemukan perilaku tidak antri dengan tertib saat membeli tiket atau menaiki kendaraan. Akibatnya, orang merasa kenyamanannya terganggu.

Baca juga: Tidur Larut Malam: Apa Jadinya pada Tubuh dan Sistem Memory?

 Pada jam-jam tertentu di kereta Commuter Line, saat naik dan turun kereta, penumpang sering berdesakan dan saling dorong. Penumpang yang akan turun atau keluar tidak didahulukan, sehingga menghambat kelancaran proses keluar masuknya penumpang. Situasi ini berpotensi bahaya, karena para penumpang tidak mempedulikan keselamatan dirinya dan orang lain. 

Tidak jarang ketemu dengan sesama penumpang yang "heboh' sendiri. Dengan gayanya, mereka bisa mengobrol dengan suara yang keras selama perjalanan. Saya kadang merasa risih mendengarkan karena seringkali tertawa dengan suara keras. Penumpang lain juga terlihat merasa risih karena kenyamanannya terganggu.

Meski sudah tersedia banyak tempat sampah, masih ditemukan kebiasaan beberapa penumpang yang membuang sampah sembarangan.  Meski terlihat sepele, tapi lingkungan umum yang tidak bersih akan sangat mengganggu pemandangan.

Kebiasaan negatif ini masih terlihat ketika pagi hari saya menunggu kereta, petugas kebersihan stasiun berjalan menyusuri tepi rel untuk mengambil sampah plastik, bungkus permen, tisu, dan sampah lain. Sampah-sampah ini mungkin sengaja dibuang pada malam hari ketika tidak banyak orang yang memperhatikan. 

Ilustrasi penumpang kereta. (Sumber: https://www.kabarpenumpang.com/dari-padatnya-penumpang-commuter-line-hingga-mrt-berlakukan-100-persen-penumpang/)
Ilustrasi penumpang kereta. (Sumber: https://www.kabarpenumpang.com/dari-padatnya-penumpang-commuter-line-hingga-mrt-berlakukan-100-persen-penumpang/)

Di beberapa tempat, kebiasaan individu yang masih sulit untuk tertib berperilaku dan menjaga kebersihan umumnya terbentuk dari lingkungan sosial dan budaya yang kurang mendukung tata tertib. Contoh sederhana, misalnya perilaku beberapa orang yang suka membuang sampah di depan rumah, di jalanan, atau di sungai. 

Ini soal kebiasaan dan cara berpikir yang perlu diperbaiki. Tidak sedikit nasihat, pendidikan, sosialisasi, bahkan kampanye dilakukan untuk mengubah cara pikir masyarakat. Tujuannya untuk membangun kesadaran, kepedulian, dan kepemilikan sebagai kebutuhan bersama.

Pernah terjadi, seseorang ditegur atas perilaku negatif di atas kereta. Yang terjadi justru pertengkaran antara yang ditegur dan yang menegur. Orang yang ditegur merasa bahwa orang tidak layak dan tidak punya hak untuk menegurnya. Akibatnya, orang merasa risih karena tidak ingin terjadi keributan sehingga menarik diri untuk menegur.

Semestinya, jika sudah tahu salah, mestinya orang dengan rendah hati minta maaf dan mengakui kesalahan. Ini konsep berpikir yang perlu dibiasakan.

Kebiasaan negatif lain adalah duduk di sembarang tempat di stasiun atau halte. Orang sering merasa bahwa tempat itu seperti milik pribadi sehingga berbuat semaunya. Di stasiun, beberapa kali ditemukan orang duduk di kursi tetapi kakinya di luruskan. Orang yang lalu lalang tentu merasa terhalang. 

Ada penumpang yang duduk lesehan di lantai dan bersikap seolah sedang piknik di taman. Duduk melingkar dan menghalangi lalu lintas penumpang lain. Mereka seolah tidak peduli keberadaan orang lain di sekitarnya dan cenderung pasif pada lingkungan.

Memang mengubah mindset orang dan kebiasaan buruk di transportasi umum tidak mudah dan tidak cepat. Mereka perlu diberikan pemahaman tentang manfaat transportasi umum bagi orang banyak dan kenyamanan yang diharapkan dari layanan transportasi umum. Jika kita saja membutuhkan kenyamanan, tentu orang lain juga membutuhkan kenyamanan tersebut. 

Ada yang mengatakan bahwa mindset akan berubah jika kenyamanan dan keamanan terpenuhi, sehingga orang merasa dihargai dan tertarik untuk berperilaku sesuai norma yang berlaku di transportasi umum. Tapi, perilaku negatif di transportasi umum tetap terus diupayakan hilang dalam berbagai cara. Sanksi tegas dapat menjadi referensi untuk memberi efek jera.

Kita ingin perjalanan dengan transportasi umum dapat berlangsung dengan nyaman dan aman tanpa gangguan seperti yang saat ini masih terjadi. Kita berharap juga, kesadaran masyarakat terus terbangun.***  

Baca juga: Dalam Dunia Imaginasi : Seandainya Aku Adalah Penegak Hukum

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun