Mohon tunggu...
Kris Razianto Mada
Kris Razianto Mada Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Describe me as u need

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Charlie Depthios Si Pemburu Rekor

17 Juli 2012   08:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup pas-pasan juga dilakoninya saat Charlie mulai menjadi pelatih di pertengahan dekade 1970-an. Dengan lima anak, ia melatih di Pekan baru, Riau. Meski berkeras hanya mau menjadi pelatih, Charlie sadar harus menghidupi keluarga. Karena itu, ia membeli tiga oplet yang dioperasikan. “Duitnya dari hasil penjualan rumah hadiah Ali Sadikin di Tomang, Jakarta. Kami hidup dari hasil oplet itu,” ujar Erick.

Tidak hanya harus menghidupi keluarga, Charlie juga harus memberi makan sejumlah atlet binaannya. “Kami tinggal di rumah yang sama.  Mama saya pelihara ayam. Telurnya buat gizi atlet-atlet yang tinggal sama kami,” ujarnya.

Kebiasaan menampung atlet itu dilakoni Charlie sejak menjadi pelatih di Papua pada tahun 1974. Saat pindah ke Pekanbaru, Makassar, dan Jambi, Charlie tetap menampung sebagian anak asuhnya. “Sebagian calon atlet yang dilatih papa bukan dari kalangan mampu. Sebagian malah bekas preman yang tidak punya rumah dan pekerjaan tetap,” ujar Enosh.

Istri Charlie, Endang Setyanti menuturkan, tidak pernah mengerti bagaimana mereka bisa bertahan. Saat melatih di  Jambi mulai tahun 1990, Charlie dibayar Rp 300.000 per bulan. Kala itu, anaknya sudah tujuh orang yang dua di antaranya mulai kuliah di Makassar. “Dengan gaji Rp 300.000 itu, kami sekeluarga tujuh orang ditambah tiga calon atlet tinggal bersama,” ujarnya.

Gaji itu senilai diterima Charlie sampai tutup usia pada 04 September 1999. Atlet yang pantang menyerah, pelatih yang itu  meninggal setelah menderita stroke selama 18 bulan

catatan : versi pendek dari tulisan ini dimuat di harian Kompas, 17 Juli 2012


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun