Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Yana

3 November 2017   13:09 Diperbarui: 3 November 2017   13:37 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Yana. Dia berkebangsaan Jerman. Pekerjaannya adalah guru pada sebuah SMA di Jerman. Pertemuan kami beberapa hari lalu terjadi di Pantai Koka, sebuah pantai yang indah terletak di arah Selatan kota Maumere, berbatasan dengan Kabupaten Ende.

Yana yang saya lihat adalah seorang yang murah hati dan senang diajak diskusi dan ngobrol. Ada banyak hal yang kami bicarakan. Tentunya ada beberapa hal penting yang saya 'petik' saat berbicara dan berdiskusi dengan Yana.

Pertama, pentingnya belajar bahasa Inggris. Seperti yang kita ketahui bersama, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Meski seorang Yana berkebangsaan Jerman, ia sangat dalam menguasai bahasa Inggris. Hal ini beralasan, ia yakin bahwa bahasa komunikasi yang pas dan yang paling pertama dengan orang di luar negerinya adalah bahasa Inggris. Namun, hal yang patut dijempoli dari seorang Yana adalah meskipun ia sangat mahir menguasai bahasa Inggris, ia tidak melupakan bahasa, budaya dan kebiasaan di negerinya. Ini penting, sebab kebanyakan kita ketika sudah mengetahui budaya lain, mulai melupakan budaya kita. Sama seperti pepatah: 'kacang lupa kulit'.

Kedua, pentingnya rendah hati. Ketika saya bersama teman-teman berdiskusi dengan Yana, ia sangat rendah hati untuk menanyakan hal-hal yang belum ia ketahui. Misalnya adat dan budaya setempat di mana ia kunjungi. Mungkin saja, dalam refleksi saya, ia memegang adagium ini: "malu bertanya, sesat di jalan." Oleh sebab itu ia berani menanyakan apa saja yang belum ia ketahui tentang suatu tempat atau daerah yang memiliki beragam kebudayaan. Berbeda dengan kebanyakan dari kita, kita malu untuk bertanya hal-hal yang belum kita ketahui. Memang, banyak instrumen sekarang yang memudahkan kita. Namun, komunikasi personal dengan orang lain juga menjadi sangat penting.

Ketiga, mencintai Indonesia. Yana adalah seorang turis yang sangat mencintai Indonesia. Ia mengatakan demikian karena di Indonesia, khususnya Bali dan Flores yang sudah dikunjunginya, memiliki banyak potensi alam dan destinasi wisata yang menarik. Selain itu, orang-orang Indonesia sangat ramah dengan para turis yang datang dari luar.

Meski demikian, hal yang disayangkan adalah banyak pantai-pantai yang ia kunjungi tidak terawat. Contohnya sampah yang berserakan di 'bibir' pantai tersebut sehingga menyebabkan ketaknyamanan setiap orang yang datang mengunjungi tempat wisata itu. Oleh karena itu, selain kita bangga bahwa negeri kita didambakan banyak orang, kita memunyai kewajiban etis untuk menjaga dan memelihara destinasi wisata kita. Dengan demikian, banyak turis senang dan 'in' di tempat yang mereka kunjungi. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun