Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelembutan Meluluhkan Kekerasan Hati

18 Juni 2022   15:32 Diperbarui: 18 Juni 2022   17:55 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ron Lach from www.pexels.com.

"Tidak Bang" imbuh Agam. "Justru aku mau menolong kamu, silakan kamu ambil biji kopi itu secukupnya dan besok datanglah kesini lagi" lanjut Agam.

"Benarkah apa yang kamu katakan itu?" timpal Galang penasaran. "Ya, benar tidak usah takut, besok pagi kamu datang ke sini lagi dan jangan lupa bawa karung" pinta Agam meyakinkan pada si pencuri.

Galang pulang dengan membawa karung yang telah terisi biji kopi dan membawa pertanyaan besar. "Apakah aku sedang dijebak?" serunya dengan bergumam.  "Ah, siapa tahu ajakan petani itu benar, esok hari aku harus memberanikan diri bertemu dengan si petani itu" tegasnya dalam hati.

Benar esok harinya Galang si pencuri bergegas menemui Agam si petani di gubuk yang tidak jauh dari perkebunan. Tanpa diduga Agam telah menyadiakan hidangan, bubur dan kopi gayo untuk menyambut Galang.

"Ayo silakan bang kita sarapan dan minum kopi dulu" ajak Agam, yang disambut dengan gembira oleh Galang, meskipun ia masih ragu akan penyambutan itu. "Ayo jangan sungkan kita makan dan minum bersama" pinta Agam.

Mereka menikmati makan dan minum yang tersedia, sembari bercerita mengenai kehidupan dan keluarga. "Silakan abang memetik kopi kembali sampai penuh" perintah Agam kepada Galang.

Setelah Galang selesai memetik biji kopi, kembali mereka mengobrol di gubuk. Sampai disini Galang tidak menaruh curiga lagi dan karakter kerasnya mulai luluh. "Apa yang sebenarnya membuat kamu mau memperlakukan aku seperti ini?" tanya Galang.

"Galang, aku akan membuka lahan baru untuk menanam benih kopi" seru Agam sambil menunjuk lahan baru itu berada di atas perkebunan yang ada. "Aku mau Galang yang membuka lahan baru itu dan menanam bibit kopinya" pinta Agam.

Tanpa berpikir panjang Galang menyanggupi penawaran Agam, dan dua hari kemudian Galang telah resmi mendapat pekerjaan baru sebagai petani untuk mengelola lahan milik Agam.

Singkat cerita dalam kurun waktu tujuh tahun Galang telah menjadi petani yang berhasil, bahkan ia telah mampu membeli lahan sendiri seluas lima ribu meter!

Luar biasa karakter keras dan malas dari si pencuri Galang dapat diubah menjadi karakter yang lembut dan rajin oleh sentuhan kelembutan dan kasih sayang dari sang petani Agam. Sungguh kekerasan hati dapat diubah oleh kelembutan, batu yang keras dapat dikikis dengan tetesan air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun