Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Akankah Model Bisnis O2O Menjadi Tren Bisnis Pasca-Pandemi?

16 September 2021   07:56 Diperbarui: 17 September 2021   07:57 4552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi transaksi online (sumber Freepik.com)

Belanja secara online tampaknya menjadi kebiasaan baru masyarakat Indonesia, apalagi ditengah-tengah situasi pandemi yang membatasi pergerakan masyarakat. Belanja online menjadi alternatif yang menarik selain harga lebih murah juga lebih praktis karena tidak harus keluar rumah.

Menurut data dari Bank Indonesia (BI) terjadi pertumbuhan transaksi e-commerce secara signifikan yaitu sebesar 63,4 persen menjadi Rp 186 triliun. Bahkan BI memprediksi hingga akhir tahun 2021 transaksi e-commerce akan meningkat 48,4 persen menjadi Rp 395 triliun. (Kontan.co.id, 23 Juli 2021).

Berdasarkan data dari Similarweb periode Januari hingga Juni 2021 mencatat e-commerce Tokopedia menjadi platform yang paling banyak dikunjungi konsumen dalam negeri yaitu sebanyak 126,4 juta kali setiap bulannya. Shopee sebanyak 117 juta, disusul Bukalapak yang baru saja melakukan IPO dikunjungi 31,27 juta, disusul dengan Lazada (28,2 juta) dan Blibli (18,52 juta).

Sementara itu pasar e-commerce masih terbuka untuk di kembangkan, tahun 2015 transaksi secara online baru sekitar 1,2% dari total penjualan ritel domestik, atau sebesar US $ 1,6 miliar dari total penjualan ritel US $ 145,83 miliar

E-Commerce Global

Peningkatan transaksi e-commerce di dalam negeri menjadi cerminan secara global. Transaksi e-commerce global menunjukkan perkembangan cukup pesat yaitu sebesar 230 persen dibandingkan tahun 2014. Total transaksi global sebesar US $ 4,48 triliun (setara Rp 60.467 triliun).

Rupa-rupanya belanja secara online merupakan aktivitas yang cukup populer di seluruh dunia, khususnya kalangan anak-anak muda. Transaksi melalui online diyakini cukup praktis, mendapatkan harga murah dan mudah untuk mendapatkan barang dari luar negeri sekalipun.

Salah satu kelebihan belanja online adalah harga lebih murah (sumber foto Freepik.com)
Salah satu kelebihan belanja online adalah harga lebih murah (sumber foto Freepik.com)

Pengertian O2O

Berdasarkan Weng dan Zhang (2015) model bisnis O2O atau online to offline, di definisikan sebagai salah satu model e-commerce atau perdagangan elektronik berbasis online dengan antar aktivitas yang efektif. Model bisnis O2O merupakan integrasi yang efisien antara online dan offline yang mendapatkan respons masyarakat di era digital.

O2O pertama kali muncul di China seiring dengan pesatnya penetrasi internet yang berdampak pada meningkatnya transaksi e-commerce. Pada 2013 total belanja online di negeri tirai bambu itu mencapai US $ 307 miliar dan terus bertumbuh dari tahun ke tahun.

Berawal dari pemikiran adanya gap antara digital dan fisik menyebabkan para pelaku e-commerce di China mencari model baru yang dapat membuat integrasi antara online dan offline. Lantas dari pemikiran itu ditemukan model O2O yang dapat mengintegrasikan antara online atau digital dan offline atau toko fisik (Light & Birthwhistle, 2015)

Implementasi O2O

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun