Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengabaikan Balanced Scorecard, Perusahaan Menjadi Tidak Efektif

26 Oktober 2020   07:06 Diperbarui: 18 Januari 2021   20:09 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber. www,pixabay.com)

Ketika perusahaan dalam tahap pertumbuhan biasanya melakukan evaluasi kinerja perusahaan begitu disiplin. Namun ketika perusahaan itu sudah mature, lupa tidak melakukan evaluasi lagi.

Akibatnya strategi yang dijalankan tidak efektif. Mengapa? Karena ia tidak mengukur kinerja perusahaan dalam berbagai perspektif. Dengan demikian kinerja perusahaan akan menurun.

Produk atau jasa yang dihasilkan tidak dapat bersaing lagi di pasar. Keuntungan perusahaan akan menurun dan karyawan mulai tidak nyaman lagi bekerja.

Kasus di atas sebenarnya tidak perlu terjadi, apabila organisasi selalu mengukur kinerja dan proses bisnis perusahaan.

Karena hasil dari pengukuran itu dijadikan strategi organisasi sehingga perusahaan tetap berada dalam kondisi mature.

Balanced Scorecard (BSC)

Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan, seorang akademisi dari Harvard Business School dan David Norton, pada tahun 1990. Balanced Scorecard berasal dari kata balanced yang artinya seimbang dan scorecard yang berarti kartu skor.


BSC merupakan suatu metode untuk mengukur hasil kerja organisasi perusahaan dan digunakan sebagai  strategi manajemen. Perusahaan menjadi mengetahui perkembangan perusahaan dan perspektif secara menyeluruh mengenai kinerja organisasi.

Semula BSC dipergunakan untuk mengukur bidang keuangan, kemudian meluas ke perspektif yang lain.

BSC berfungsi untuk mengetahui pencapaian visi dan misi, keunggulan kompetitif yang dimiliki, sebagai alat KPI (Key Performance Indicator) dan sebagai gambaran untuk analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath).

BSC dapat mengukur efektivitas perusahaan atas strategi yang telah diterapkan. Mengetahui kekurangan dan digunakan untuk menyusun strategi kembali ke dalam 4 perspektif yang berimbang.

Adapun 4 perspektif tersebut adalah keuangan, internal perusahaan, SDM (Sumber Daya Manusia) dan konsumen. Keempat perspektif utama tersebut menjadi poin penting dalam bisnis.

Sumber: strategicthinking.eu
Sumber: strategicthinking.eu

4 Perspektif Balanced Scorecard

1. Finance

Pengukuran kinerja keuangan meliputi perencanaan dan penerapan, apakah telah mengubah kinerja perusahaan. Perubahan itu dapat berupa ROI (Return of Investment) dan pendapatan perusahaan.

Peningkatan kepuasan konsumen, peningkatan produktivitas, efektivitas biaya dan peningkatan keuntungan. Mengurangi modal yang dikeluarkan dan melakukan investasi agar menghasilkan keuntungan yang tinggi.

Perspektif keuangan akan berhubungan dengan perspektif yang lain misalnya dukungan SDM atau kepuasan konsumen atas produk yang dibeli. Namun juga bisa dibandingkan dengan kinerja keuangan pesaing.

2. Customer

Perspektif konsumen disesuaikan dengan segmentasi dan target pasar. Apabila bisnis ingin jangka panjang maka perusahaan harus dapat memberikan nilai atas produk dan jasa yang ditawarkan.

Perspektif konsumen dibagi menjadi dua, yaitu kelompok inti dan kelompok penunjang. Kelompok inti meliputi pembagian pasar (market share), mempertahankan pelanggan lama, memenangkan pelanggan baru, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan.

Sedangkan kelompok penunjang meliputi atribut-atribut dalam produk yaitu kesesuaian antara harga dan nilai barang, kualitas barang dan fungsi barang. Selanjutnya hubungan dengan pelanggan, citra dan reputasi produk atau merek.

3. Internal Process

Proses bisnis internal sedapat mungkin menyajikan proposition value yang mampu untuk mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan baru. Dengan demikian akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat memuaskan pemilik perusahaan, karyawan dan pemegang saham.

Proses bisnis ini terdiri dari 3 bagian yaitu:

Proses Inovasi, merupakan langkah awal dalam proses bisnis dan akan menentukan proses berikutnya. Proses inovasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi keinginan pelanggan, kemudian merencanakannya dan melakukan tes pasar.

Proses Operasi, meliputi perencanaan, proses produksi dari bahan mentah menjadi barang jadi, proses pemasaran dan penjualan. Proses ini menekankan efektivitas dan efisiensi dalam distribusi produk.

Proses Purna Jual, merupakan pelayanan perusahaan kepada pelanggan akan adanya jaminan kualitas produk yang dipasarkan. Layanan purnajual dapat berupa perbaikan, penyediaan suku cadang, konsultasi dan pemberian garansi.

4. Learning and Growing

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berhubungan dengan SDM (Sumber Daya Manusia) menjadi infrastruktur bagi tercapainya 3 perspektif sebelumnya yaitu keuangan, konsumen dan proses bisnis internal. Perusahaan tidak hanya cukup melakukan investasi di bidang peralatan, tetapi juga di bidang SDM.

Kemajuan bisnis suatu perusahaan harus diimbangi dengan kemampuan SDM supaya tidak muncul kesenjangan. SDM harus ditunjang dengan SOP (Standar Operasional Prosedur), KPI, peningkatan keahlian, renumerasi dan total rewards.

Adapun perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari 3 prinsip kapabilitas:

Kapabilitas Pekerja, di dalam kapabilitas pekerja meliputi kepuasan pekerja, hal ini penting berkaitan dengan kualitas produk dan layanan kepada pelanggan. Kemudian retensi pekerja, yaitu bagaimana upaya perusahaan dalam menahan pekerja yang baik tidak keluar. Dan produktivitas pekerja merupakan hasil akhir dari peningkatan keahlian, peningkatan inovasi dan perbaikan proses internal.

Kapabilitas Sistem Informasi, yaitu tingkat ketersediaan informasi, ketepatan informasi dan jangka waktu proses informasi. Informasi yang saling terhubung antar departemen yang ada dalam organisasi.

Iklim Organisasi, akan mendorong adanya gairah dan inisiatif untuk bekerja. Peran manajer begitu besar untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif agar staf dapat bekerja secara nyaman.

Dengan menerapkan BSC untuk mengukur kinerja perusahaan dalam berbagai perspektif diharapkan perusahaan dapat membuat perencanaan strategi bisnis yang efisien dan efektif.

BSC juga berfungsi untuk meningkatkan koordinasi, komunikasi dan menyelaraskan baik di dalam internal perusahaan maupun di luar perusahaan khususnya pelanggan.

Adanya BSC menghindari pengambilan keputusan strategis yang salah oleh manajemen, karena telah mendapatkan data yang akurat melalui pengukuran di berbagai perspektif.

Rujukan :

  1. www.jurnal.id
  2. blog.excellence.asia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun