Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apakah IRT Tidak Lebih Mulia Dibandingkan Wanita Karir?

28 Juli 2020   17:44 Diperbarui: 16 Januari 2021   14:01 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Pexels.com

Mantan first lady AS Nancy Reagen setelah suaminya tidak menjadi presiden, mengeluh karena dititipkan cucu oleh anak-anaknya. Karena repot dan merasa kewalahan mengatur cucu-cucunya yang bandel. 

Suatu saat setelah Nancy berdoa, ia diberikan pemahaman bahwa itulah kepercayaan yang Tuhan berikan untuknya. Setelah peristiwa itu Nancy dengan senang hati mengasuh cucu-cucunya, ia harus mempersiapkan diri sebelum cucunya datang dengan membaca buku-buku cerita yang akan dibagikannya. 

Bahkan membaca buku bagaimana cara mendidik anak dan psikologi perkembangan anak layaknya seorang guru. Ia bangga mengajar cucu dan sadar peran besar seorang Ibu Rumah Tangga (IRT).

Sudah cukup bukti beberapa contoh orang tua yang berhasil dalam karier, tetapi gagal dalam mengantarkan anak-anaknya menjadi orang berhasil. Karena kesibukan ke dua orang tua praktis membuat waktu untuk keluarga menjadi terbatas.

Secara tidak langsung pola pengasuhan anak diserahkan kepada pembantu dan pengasuh bayi. Secara materi keluarga tersebut tidak kekurangan, malahan kebutuhan materi anak-anak sangat mencukupi baik sarana dan prasarana.

Orang tua beranggapan dengan memenuhi kebutuhan materi dan mempekerjakan para pembantu dan pengasuh bayi telah lebih dari cukup untuk menghantarkan anak-anaknya berhasil. Sementara tidak banyak para asisten rumah tangga tersebut yang peduli dengan pendidikan anak.

Dengan latar belakang pendidikan yang terbatas akan memunculkan sikap sesuai dengan standarnya, ia beranggapan memberi makan, memandikan, mengajak bermain dan menunggui waktu belajar sudah memenuhi keinginan yang diberikan majikannya.

Bukankah akan menjadi sesuatu yang berbeda antara di mandikan pembantu dengan di mandikan orang tuanya? Di situ ada belaian kasih sayang yang sangat berbeda, dan itu menjadi pengalaman anak yang tak terlupakan. Demikian halnya dalam hal memberi makan, menunggui belajar sampai menghantar dongeng sebelum tidur.

Dilema antara Karier dan menjadi IRT

Memang di zaman maju saat ini akan menjadi pilihan dilematik seorang ibu antara bekerja atau menjadi IRT (Ibu Rumah Tangga), ada beberapa kondisi yang berbeda-beda :

1. Penghasilan Suami Terbatas

Penghasilan suami yang terbatas mau tidak mau sebagai seorang istri harus singsingkan lengan baju menambah pemasukan keuangan keluarga. Di satu sisi harus bekerja dan di sisi lain harus mengurus anak-anak.

2. Istri Berpendidikan Tinggi

Latar belakang pendidikan istri yang tinggi akan menjadi pertimbangan untuk tetap berkarir, apalagi sudah menjadi harapan orang tua yang menyekolahkan dengan biaya yang tidak sedikit. Ketika memutuskan berhenti bekerja akan bersinggungan dengan orang tuanya.

3. Karier Istri Bagus

Karier yang telah dirintis oleh seorang istri dan telah menduduki posisi yang bagus, terkadang menjadi pilihan yang berat manakala harus memutuskan berhenti bekerja. Apalagi penghasilan suami di bawah penghasilan istri.

Keadaan tersebut yang membenarkan istri untuk tetap bekerja, demi mengamankan karier dan ekonomi keluarga, maka begitu banyak waktu dan tenaga  yang tersita untuk bekerja.

Menghadapi realitas seperti itu lalu bagaimana menyikapi agar pekerjaan tetap berjalan sementara pendampingan anak-anak tidak terabaikan?

1. Bahwa pengasuhan dan pendampingan anak mutlak diperlukan oleh orang tua terutama peran ibu sebagai pengatur rumah tangga. Semakin banyak waktu kebersamaan orang tua dan anak semakin mendekatkan anak-anak dengan orang tua. Walaupun ada orang tua yang mempunyai waktu yang cukup tetapi tidak digunakan secara efektif.

2. Kesepakatan suami-istri, siapa yang mengalah untuk dapat mendampingi anak-anak. Dibutuhkan saling pengertian dan kedewasaan, walaupun idealnya istri harus punya banyak waktu untuk mengurus keluarga. Pekerjaan istri sebaiknya tidak banyak menyita waktu, sehingga tersedia cukup kesempatan untuk memperhatikan anak-anak.

3. Ketika kedua orang tua telah sampai di rumah usahakan pekerjaan yang bersentuhan dengan anak langsung diambil alih dari pembantu atau pengasuh anak. Misalnya memberikan makan, memandikan, menemani belajar, menghantar tidur dan sebagainya. Karena dari situ anak akan merasa dekat dengan orang tuanya, jangan sampai anak lebih dekat kepada pembantunya.

Kesimpulan

Jangan menganggap remeh seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), walaupun ia tidak bekerja, tidak mengurangi kemuliaan seorang ibu karena dapat menghantarkan anak-anaknya berhasil tidak hanya prestasi akademis tetapi juga karakter, perilaku dan sikap yang baik. 

Akan menjadi menyesal apabila anak-anak gagal dalam study dan berumah tangga sebagai akibat pengasuhan yang salah dari orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun