"Pendidikan bukan sekadar angka di rapor, tapi perjalanan anak memahami diri, tantangan, dan potensinya."
Setiap akhir bulan, di banyak sekolah, orangtua biasanya hanya menunggu laporan nilai anak mereka. Ada yang cemas, ada yang penasaran, dan tak jarang hanya menanyakan angka di rapor tanpa memahami perjalanan belajar anak secara menyeluruh. Sementara itu, siswa seringkali merasa nilai hanyalah angka, tanpa refleksi terhadap perilaku, karakter, dan potensi mereka yang sesungguhnya.
Pendidikan bermutu di abad 21 menuntut kolaborasi erat antara guru, siswa, dan orangtua. Tantangannya, banyak orangtua hanya mengetahui prestasi akademik anak, tanpa mendapatkan gambaran tentang perkembangan perilaku, karakter, dan tantangan yang dihadapi anak di sekolah. Untuk menjawab hal ini, sekolah kami (SMA Sugar Group) mengadakan Parent-Student-Teacher Conference (PSTC) bulanan, sebuah ruang dialog tiga arah yang memungkinkan guru, siswa, dan orangtua bertemu, berdiskusi, dan bersama-sama memetakan langkah-langkah untuk mendukung kemajuan anak secara menyeluruh.
Konsep PSTC di Sekolah Sugar Group
Parent-Student-Teacher Conference (PSTC) bukan hanya forum rutin yang biasanya diselenggarakan setiap akhir semester saat pembagian rapor. Di sekolah kami, PSTC juga dilakukan setiap bulan setelah laporan nilai dan catatan perilaku dibagikan kepada siswa.
Peserta PSTC melibatkan guru, konselor, siswa, dan orangtua, sehingga tercipta komunikasi yang lebih lengkap dan menyeluruh. Tujuan utama dari konferensi ini adalah menciptakan ruang dialog tiga arah antara guru, siswa, dan orangtua. Dengan demikian, setiap pihak dapat memahami progres belajar siswa secara komprehensif-tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga perilaku, sikap, dan karakter.
Setiap siswa menerima laporan nilai bulanan beserta catatan konselor terkait perilaku, kedisiplinan, dan sikap belajar. Untuk siswa yang memiliki catatan khusus, orangtua dipanggil ke sekolah. Kehadiran ini kerap menimbulkan rasa “deg-degan” di awal, karena orangtua ingin memastikan perkembangan anaknya berjalan baik.
Dalam konferensi, prosesnya berlangsung interaktif: guru menyampaikan pencapaian siswa sekaligus area yang perlu ditingkatkan, konselor memberikan insight mengenai perilaku dan karakter siswa, orangtua diberi kesempatan bertanya dan berdiskusi, dan siswa dilibatkan secara langsung agar mereka merasakan tanggung jawab terhadap proses belajar dan perkembangan diri mereka.
Sebagai contoh, pernah ada seorang siswa yang sering izin mendadak karena sakit perut atau kepala, tanpa penyebab fisik yang jelas. Melalui sesi PSTC, ternyata diketahui bahwa siswa tersebut mengalami gejala psikosomatis akibat rasa takut terhadap pelajaran tertentu. Dalam sesi tersebut, guru, konselor, orangtua, dan siswa bersama-sama menganalisis penyebab kecemasan dan menyusun strategi dukungan yang sesuai, mulai dari pemberian penugasan bertahap, penyesuaian tekanan akademik, hingga tanggung jawab ringan sesuai minat siswa.
Hasilnya signifikan: siswa mulai lebih percaya diri, bahkan menunjukkan inisiatif dalam kegiatan sekolah seperti mengoperasikan sound system, serta mengambil tanggung jawab lain yang sebelumnya tidak ia lakukan. Peningkatan kepercayaan diri ini berdampak positif pada keterlibatan akademik dan capaian belajarnya, membuktikan bahwa PSTC bukan sekadar forum pembahasan nilai, tetapi juga menjadi ruang intervensi holistik yang membantu siswa berkembang secara emosional, sosial, dan akademik.
Dampak dan Manfaat
PSTC bulanan memberikan dampak yang signifikan bagi semua pihak. Bagi orangtua, meski awalnya merasa deg-degan, mereka akhirnya bersyukur karena mendapatkan update lengkap mengenai progres anak-baik akademik maupun perilaku-dan dapat berdiskusi langsung dengan guru atau konselor tentang langkah mendukung anak di rumah.
Bagi siswa, keterlibatan langsung dalam PSTC menumbuhkan rasa tanggung jawab dan motivasi untuk memperbaiki diri. Contoh pengalaman siswa psikosomatis ini menunjukkan bagaimana PSTC menjadi ruang pendampingan efektif, membantu siswa mengatasi rasa takut, meningkatkan kepercayaan diri, aktif dalam kegiatan sekolah, dan akhirnya berdampak positif pada capaian akademiknya.
Bagi guru dan manajemen sekolah, konferensi ini mempermudah komunikasi dengan orangtua serta memperkuat kolaborasi dalam menindaklanjuti isu akademik maupun non-akademik. Secara keseluruhan, PSTC menciptakan sinergi nyata antara guru, siswa, dan orangtua sebagai fondasi pendidikan bermutu di abad 21.
***
PSTC bulanan ini sangat relevan dengan tuntutan pendidikan abad 21, di mana proses belajar tidak hanya mengutamakan aspek akademik, tetapi juga pengembangan karakter, keterampilan sosial-emosional, dan kemampuan berpikir kritis. Dengan melibatkan guru, siswa, dan orangtua secara bersamaan, PSTC menciptakan ruang kolaboratif yang memungkinkan semua pihak berkomunikasi secara terbuka, memahami tantangan yang dihadapi siswa, serta merancang strategi untuk mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.
Strategi ini mencerminkan sinergi tiga pilar pendidikan: guru sebagai pendamping dan pembimbing, siswa sebagai pusat proses belajar yang bertanggung jawab atas perkembangan diri, dan orangtua sebagai mitra aktif yang mendukung di rumah. Sinergi ini memastikan bahwa setiap langkah dalam proses belajar didukung secara konsisten oleh ketiga pihak, sehingga pendidikan menjadi lebih bermakna.
Dengan demikian, PSTC bukan sekadar forum formalitas atau laporan nilai, tetapi menjadi praktik baik pendidikan bermutu yang dapat direplikasi oleh sekolah lain. Meskipun awalnya menimbulkan rasa “deg-degan” bagi orangtua, pengalaman ini justru menghadirkan rasa syukur, optimisme, dan keyakinan bahwa kolaborasi tiga arah antara guru, siswa, dan orangtua-sinergi tiga pilar-adalah kunci untuk menghadapi tantangan pendidikan di abad 21. Dengan kolaborasi yang nyata, pendidikan bermutu untuk semua bukan sekadar slogan, melainkan praktik yang dapat dirasakan manfaatnya oleh setiap siswa dan keluarganya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI