Delapan dekade sudah Indonesia berdiri tegak.
Di berbagai pelosok negeri, bendera merah putih berkibar megah, lagu kebangsaan menggema di lapangan-lapangan upacara, dan anak-anak sekolah memamerkan senyum bangga di balik seragam rapi mereka.
Jalanan dipenuhi gapura dan umbul-umbul, pasar-pasar ramai dengan perlombaan khas tujuh belasan, dan media sosial riuh oleh unggahan penuh warna merah dan putih.
Namun, di balik gegap gempita itu, ada riak yang tak bisa diabaikan-rasa percaya publik terhadap pemerintah dan institusi yang kian terkikis.
Janji-janji yang tak tuntas, berita miring yang beredar cepat, serta polarisasi pandangan membuat sebagian warga mulai meragu: apakah kita masih benar-benar bersatu?
Pertanyaannya, di usia kemerdekaan yang ke-80 ini, bagaimana kita bisa tetap menggenggam persatuan di tengah rasa ragu yang menguji keutuhan bangsa?
Makna Tema Resmi HUT ke-80 RI
Tahun ini, tema resmi peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia adalah "Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju." Empat frasa yang terdengar sederhana, namun sesungguhnya mengandung pesan mendalam tentang arah yang ingin kita tuju sebagai bangsa.
Bersatu mengingatkan kita bahwa perbedaan suku, agama, bahasa, dan pandangan politik bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan modal sosial yang memperkaya Indonesia.
Berdaulat menegaskan bahwa di tengah arus globalisasi dan persaingan dunia, kita harus tetap memegang kendali atas sumber daya, kebijakan, dan keputusan yang menyangkut hajat hidup rakyat.
Rakyat Sejahtera menjadi tolok ukur keberhasilan kemerdekaan-bahwa pembangunan tak hanya diukur dari angka ekonomi, tapi juga dari terpenuhinya hak-hak dasar warga negara.