Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Penulis Berdampak, Membangun Legacy Kartini di Era Digital

21 April 2024   19:38 Diperbarui: 22 April 2024   01:39 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain Hermit Art Design (sumber: id.postermywall.com)

Chimamanda Ngozi Adichie (Sumber: Manny Jefferson (sumber: equalitynow.org)
Chimamanda Ngozi Adichie (Sumber: Manny Jefferson (sumber: equalitynow.org)

Chimamanda Ngozi Adichie
Seorang penulis Nigeria yang dikenal karena karyanya yang mengangkat isu-isu perempuan dan gender. Dalam karya-karyanya seperti We Should All Be Feminists dan Dear Ijeawele, or A Feminist Manifesto in Fifteen Suggestions, Adichie dengan jelas menyoroti ketidaksetaraan gender yang masih ada di dunia dan mendorong perempuan untuk mengambil peran aktif dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

Sama seperti Kartini, Adichie juga menggunakan pengalaman dan kecerdasannya untuk menyuarakan suara perempuan yang seringkali terpinggirkan. Dia mengajak pembaca untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih luas dan menginspirasi perempuan untuk mengejar mimpinya tanpa terhalang oleh stereotip gender.

Malal Yousafai. (Sumber: VOA news.com)
Malal Yousafai. (Sumber: VOA news.com)

Malala Yousafzai
Seorang aktivis pendidikan Pakistan yang menjadi target penembakan Taliban karena pendiriannya yang teguh terhadap hak pendidikan perempuan, telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia melalui bukunya "I Am Malala" dan pidato-pidatonya yang mengharukan.

Seperti Kartini yang menantang norma sosial dan budaya, Malala juga menantang kekuasaan yang menindas dengan berani menggunakan kata-kata dan keberaniannya. 


Dia mendorong perempuan muda untuk berdiri teguh dan melawan ketidakadilan, serta menunjukkan bahwa bahkan satu suara kecil pun dapat membuat perubahan yang besar.

Dengan mengikuti jejak Kartini, penulis wanita di era modern ini terus meneladani semangat perjuangan untuk kesetaraan dan keadilan. Melalui tulisan mereka, mereka menerangi jalan bagi perubahan sosial yang lebih baik dan mengilhami generasi berikutnya untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka. Seperti yang dikatakan oleh Kartini sendiri, "Habis gelap terbitlah terang" - dan melalui tulisan-tulisan mereka, penulis wanita hari ini terus menjadi cahaya dalam kegelapan ketidaksetaraan gender.

Namun, dalam era digital saat ini, bagaimana kita bisa meneladani semangat dan perjuangannya melalui tulisan yang berdampak? Bagaimana kita bisa membangun legacy Kartini dalam bentuk yang relevan dengan zaman?

Menyuarakan Isu-isu Kontemporer

Kartini bukan hanya tentang perjuangan untuk hak pendidikan, tetapi juga tentang kesetaraan gender, hak-hak reproduksi, dan isu-isu kontemporer lainnya. Menulis tentang isu-isu ini dengan tajam dan penuh pengetahuan dapat membawa perubahan dalam pemikiran masyarakat.

Memanfaatkan Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun