Mohon tunggu...
Kresensia NawangSari
Kresensia NawangSari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mempunyai minat dalam musik, berkepribadian yang adaptif, serta antusias terhadap konten pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Budaya Literasi Penting di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat?

12 Juni 2023   18:31 Diperbarui: 12 Juni 2023   18:40 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi Penting di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat (Sumber Gambar: goodnewsfromindonesia.id)

Berbagai sudut pandang tentang literasi muncul di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam memahami pentingnya literasi membaca. Ketika berbicara tentang literasi membaca di era saat ini, terutama di Indonesia, minat baca masih rendah. Hal ini tercermin dari peringkat Indonesia yang berada di peringkat 62 dari 70 negara dengan tingkat literasi terendah di dunia. Mengapa hal ini terjadi? Mengapa masyarakat Indonesia sering kali termakan oleh berita hoaks?

Literasi dan Membaca

Literasi dapat dipahami sebagai keterampilan untuk memahami, mengambil manfaat, dan mempertimbangkan informasi tertulis guna meningkatkan pengetahuan, potensi, dan partisipasi dalam masyarakat. Membaca adalah salah satu aspek dalam literasi, di mana membaca dipahami sebagai keterampilan untuk memperoleh informasi. Literasi membaca juga melibatkan kemampuan metakognitif, yaitu kesadaran dan keterampilan dalam menggunakan skema yang tepat saat memahami teks. Menurut Program for International Student Assessment (PISA), literasi membaca adalah kemampuan untuk menggunakan dan merenungkan bacaan tertulis guna mencapai tujuan, meningkatkan pengetahuan, dan berpartisipasi dalam masyarakat (OECD, 2006). Dengan demikian, literasi membaca melibatkan kemampuan dalam memahami teks tertulis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat Kurang Memotivasi Membaca

Banyak individu dan anak sekolah yang tidak memiliki minat atau motivasi dalam membaca. Banyak dari mereka yang menganggap membaca tidak penting dan tidak menarik, terutama ketika mereka tidak melihat relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin terjadi karena jarangnya orang tua, guru, atau pemerintah menyadarkan betapa pentingnya literasi membaca dan relevansinya dalam kehidupan. Akibatnya, mereka merasa bahwa membaca tidak memiliki manfaat yang jelas. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh orang tua, guru, dan pemerintah untuk menyadarkan pentingnya literasi membaca seringkali hanya sebatas pengumuman di dinding yang jarang dibaca oleh target sasarannya.


Di rumah, orang tua cenderung hanya fokus pada pekerjaan atau hanya memperhatikan perkembangan fisik anak mereka, tanpa memberikan perhatian yang cukup terhadap literasi membaca. Di lingkungan sekolah, guru cenderung mengajar tanpa mengarahkan pada kegiatan literasi dalam pembelajaran. Banyak dari mereka hanya mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang tidak lengkap. Sebagai contoh, mereka tidak menerapkan kegiatan literasi pada awal pembelajaran, yang seharusnya disertakan dalam RPP dan mengarahkan siswa pada kegiatan membaca untuk menumbuhkan minat baca pada siswa. Di lingkungan masyarakat, kita bisa melihat kurangnya aktivitas literasi seperti membaca dan menulis, serta keterbatasan fasilitas dan sumber bacaan.

Orang tua seharusnya memainkan peran penting dalam mengarahkan anak-anak mereka dalam kegiatan literasi membaca. Mereka harus memberikan perhatian dan contoh yang baik agar anak-anak dapat mengamati dan tertarik pada kegiatan membaca. Hal yang sama berlaku bagi guru di lingkungan sekolah, di mana mereka harus memberikan pendampingan dan mengajak siswa untuk aktif membaca dengan memperkenalkan bahan bacaan yang sesuai dengan minat siswa. Pemerintah juga harus memfasilitasi akses terhadap bahan bacaan di masyarakat dan mengingatkan betapa pentingnya kegiatan literasi membaca dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk menghindari penyebaran berita hoaks.

Semua hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya literasi masih rendah. Namun, di lapangan terlihat bahwa literasi belum menjadi kebiasaan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi dalam berliterasi, termasuk lingkungan yang tidak mendukung. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Indonesia berada di peringkat terendah dalam minat literasi. Lalu, apa upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia?

Gerakan Literasi untuk Meningkatkan Minat Baca

Kegiatan literasi membutuhkan stimulus dan motivasi yang tinggi. Kurangnya minat literasi akan berdampak pada kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Faktor-faktor yang menghambat minat baca di Indonesia antara lain kurangnya fasilitas, terbatasnya buku dan sumber bacaan, lingkungan yang tidak mendukung, serta kurangnya dorongan dari guru dan orang tua untuk membiasakan siswa rajin membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun