Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Kotekatalk-107 "Wonderful Indonesia: Mengenalkan Lurik di Berlin, Jerman"

15 September 2022   07:00 Diperbarui: 19 September 2022   00:01 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lurik desa goes to Berlin, Germany (dok. Koteka/LB)

Hallo everyone, apa kabar?

Masih sehat dan bahagia?

Sabtu lalu, mimin sudah mengajak kalian jalan-jalan bersama mbak Elisa Koraag, admin Ladiesiana yang memiliki pengalaman seru berada di KM Dogosono dan terakhir, KM Umsini dari Jakarta ke Surabaya. Indonesia negara maritim, nenek moyang kita orang pelaut, masak kita belum pernah sekalipun berlayar? Idih!

Mbak Elisa bilang, ia sudah siap jiwa raga sebelum berangkat, jadinya nggak heran di tasnya ada minyak angin, antimo, jaket, selain kebutuhan pribadi. Tapi ternyata kekhawatirannya mabuk laut tidak terjadi. Nggak terasa kok, ombaknya. 

Mengapa mbak Elisa memotivasi kita untuk berlayar bersama Pelni? 

Pertama, karena murah. Coba deh, dengan Rp 275.000, 00 kita sudah bisa ikut perjalanan dari Jakarta ke Surabaya selama 28 jam. Disuguhi 4 kali makan, ada TV untuk nonton film, ada butik buat belanja, ada supermarket untuk kebutuhan sehari-hari dan cafe buat nongkrong, membuat lamanya waktu tak terasa. 

Kedua, selama naik kapal, ada keindahan sunset dan sunrise yang luar biasa. Merinding dan betapa manusia itu kecil di hadapan Tuhan. Matahari adalah salah satu kuasa-Nya.

Ketiga, kita bisa bergaya kayak si Kate Winslet dengan Leonardo DiCaprio dalam film "Titanic." Iyaaa, naik tianggggg. Tapi pegangan yang kuat, ya, biar nggak kabur kebawa angin atau kecebur laut dimakan ikan. Haha.

Kecepatan kapal yang 40 knot atau 60 km/jam dari Jakarta dan arah baliknya lebih cepat karena angin timur. 

Yang paling heboh adalah, di sono nggak ada internet, teman-teman. Semua nggak perlu menunduk, bisu dengan gadget masing-masing. Bisa ngobrooool sepuasnya. Kembali ke alam. Jadi kalau bikin foto atau video, postingnya belakangan kalau sudah sampai rumah, bukan di kapal. Silaturahmi manusia makin hidup.

Mbak Elisa berapi-api menceritakan keseruan di kapan KM Umsini. Kapal yang biasanya dihuni 2000-3000 penumpang ini bisa diisi 500 orang saja dan ditambah 500 truk. 

Keikutsertaannya dalam mempromosikan tol laut Indonesia memang luar biasa. Ini juga menjadi daya tarik wisata Indonesia dengan harga murah dan bisa dijangkau masyarakat dari ekonomi lemah sampai pas-pasan. Kapal besar seperti KM Dogosono dan KM Umsini ini nantinya akan disambung dengan kapal yang lebih kecil untuk sampai ke pulau-pulau kecil yang dituju. 

Aduhhh, mimin kok, jadi ngiler pengen berlayar.

Ya, udah. Sekarang saatnya Komunitas Traveler Kompasiana mengajak kalian ke luar negeri. Kali ini ke Jerman. Tepatnya ke Berlin. Di sana ada diaspora, mbak Lina Berlina yang akan menceritakan keseruan memamerkan desain lurik di negeri yang terkenal dengan produk mobil mersinya ini. 

Mengapa ia memilih lurik, yang disebut-sebut sebagai kain "ndeso" kain kampung? Bagaimana pengalamannya belajar tentang desain di Bandung tahun 1988? 

Bagaimana awal mula membuka batik lurik di luar negeri, di negara seperti Berlin? Di antara persaingan produk Jerman yang kualitasnya pasti bagus dan produk branded internasional di sana, apa tips baginya supaya bisnisnya lancar? 

Bagaimana pula keadaan bisnis luriknya ketika pandemi? Siapa saja konsumen setianya? Bagaimana cara mempromosikan produk yang desainnya dibuat untuk postur orang Eropa? Berapa harga tiap desain?

Untuk tahu lebih banyak tentang hal itu, mari kita simak perbincangannya pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu, 17 September 2022
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
  • Pendaftaran: bit.ly/kotekatalk107
  • Hadiah: Kartu pos

Mimin yakin, lewat acara Koteka ini kita semakin sadar bahwa keindahan Indonesia bukan dari alamnya saja, bukan dari keramahtamahan penduduknya saja tapi juga hasil budaya yang ada, seperti lurik ini. 

Tak kenal, maka tak sayang. Jika kalian penyuka wastra kain nusantara, atau ingin memiliki bisnis di Jerman dengan menjual produk dari tanah air, bisa saja talkshow kali ini akan memberikan inspirasi baru dan semangat di masa depan. Banyak jalan menuju Jerman....

Jangan ketinggalan, ya. 

Jumpa Sabtu. (GS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun