Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Kotekatalk-105: Pengalaman Bekerja di Negeri Ginseng, Korsel

31 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 31 Agustus 2022   12:06 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hi, everyone. Apa kabar?

Masih sehat dan bahagia?

Sabtu lalu, mimin sudah mengajak kalian keliling Indonesia. Melalui admin Koteka, Gana Stegmann, kita sudah diajak untuk tahu bagaimana keindahan Borneo alias Kalimantan.

Narasumber yang datang dari Jerman bersama keluarganya, menginap di kapal klotok selama 3 hari 2 malam untuk menyusuri hutan Kalteng, di mana ada habitat orang utan. Taman nasional Tanjung Puting ini memang patut direkomendasikan. 

Rasanya berada di kapal katanya sangat menenangkan, santai dan menarik. Pemandangan nipah, nanas hutan, hewan-hewan yang bergelantungan di pohon, semuanya merupakan pemandangan luar biasa yang hanya bisa didapatkan di sana. Rasanya berada di taman safari tanpa batas itu sesuatu. Nggak rugi jauh-jauh datang ke sana.

Sayangnya, kapal-kapal klotok banyak yang rusak selama pandemi karena tidak dipakai hingga mangkrak, tidak ada dana masuk untuk pengelolaan sehingga musim liburan, wisatawan harus rebutan karena jumlahnya sedikit. 

Karena habis, beberapa turis naik kapal boat yang nggak bisa untuk romantisan menginap atau candle light dinner sama kunang-kunang. Atau ikut kapal nelayan yang pasti ada resiko dilahap buaya karena permukaannya hampir rata dengan air, dibanding klotok atau speed boat. Oh, iya. Kapal yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi itu paling tidak seharga 500 juta.

Sungai Sekonyer sendiri, konon diambil dari nama kapal Belanda Lonen Konyer yang berperang dengan gerilyawan Indonesia zaman penjajahan. Sungai itu dulu juga disebut sungai buaya karena banyak buaya muaranya. Sekarang ini mungkin buayanya pada ngumpet karena semakin banyak wisatawan yang melewati sungai untuk mengunjungi kawasan taman nasional. Gana hanya melihat satu buaya saja selama tiga hari, bukankah jumlahnya ratusan?

Pengalaman trekking dan melihat  orang utan dengan jarak 1-2 meter itu luar biasa. Mereka manis, nggak ganggu. Ada orang utan gede yang mirip artis. Terkenal dengan nama Tom, pejantan yang paling menang dan menjadi pujaan para betinanya. 

Pas habis acara memberi makan, ia birahi dan melakukan adegan seks di atas panggung. Sebuah tontonan yang tidak terduga, membuat beberapa turis dan traveler  tersipu malu. Apa boleh buat? Pawang pun tak berani membubarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun